Senin, 09 Juli 2012

Informasi Tentang Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, adalah perguruan tinggi negeri yang terdapat di kota Payakumbuh, Sumatera Barat Yang didirikan pada tahun 1989. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh saat ini memiliki 3 buah jurusan yaitu Teknologi Pertanian, Budidaya Tanaman Perkebunan dan Budidaya Tanaman Pangan.

Program Studi
Politeknik Pertanian Payakumbuh memiliki 8 program studi tingkat Diploma III (D-III) dan 2 program studi tingkat Diploma IV (D-IV), dan I program studi yang baru dibuka yaitu D4 Mapperta (PPGT) Smk Kolaboratif
Program Studi D-III
  1. Teknik Sumberdaya Air dan Lingkungan (TESAL)
  2. Mesin Peralatan Pertanian (MPP)
  3. Teknologi Pangan (TP)
  4. Hortikultura
  5. Teknologi Produksi Tanaman Pangan
  6. Agribisnis
  7. Peternakan
  8. Budidaya Tanaman Perkebunan
Program Studi D-IV
Mulai tahun 2008 telah dibuka 2 program studi baru Diploma IV(D-IV):
  1. Manajemen Produksi Pertanian
  2. Manajemen Perkebunan.
Akhir tahun 2011 telah dibuka 1 program studi baru yaitu: Diploma IV (D-IV)
1.      D IV PPGT (Pendidikan Propoesi Guru Terintegrasi) SMK Kolaboratif.

D IV PPGT (Pendidikan Propesi Guru Terintegrasi) yaitu merupakan program studi yang baru dibuka pada akhir tahun 2011. D IV (PPGT) berdiri dibawah jurusan Mapperta 
D IV. PPGT SMK Kolaboratif ini sangat bagus sekali karena dengan adanya PPGT dapat melahirkan guru SMK Pertanian yang berkualitas untuk Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. 
Dengan demikian untuk dapat masuk ke   D IV (PPGT) harus memenuhi syarat yaitu:
1.  Memilki ijazah lulusan D III Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2.      IP minimal 3,75
3.      Umur maksimal 27 tahun
4.      Status sudah menikah/belum menikah
5.      Memiliki surat keterangan bebas narkoba
6.      Membuat daftar riwayat hidup
7.      Mengisi formulir yang sudah disediakan oleh pihak kampus.

Kampus politeknik pertanian terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sarilamak. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.354,30 km2 dan berpenduduk sebanyak 311.773 jiwa (sensus penduduk 2000). Kabupaten ini terletak di bagian timur wilayah provinsi Sumatera Barat atau 124 km dari Kota Padang, ibu kota provinsi, yang memiliki berbagiai objek cagar budaya dan objek wisata diantaranya yaitu:

Objek Cagar Budaya

  1. Kawasan megalit Belubus
  2. Kawasan Megalit maek
  3. Situs Cagar Budaya PDRI Kototinggi

Objek Wisata

  1. Lembah Harau/Harau Valley
  2. Kolam Ranang/ Pemandian Batang Tabik
  3. Panorama Selat Malaka
  4. Danau Buatan Koto Panjang

Kamis, 05 Juli 2012

Teknik Budidaya Nenas

Nenas (Ananas Comosus)
1. SEJARAH SINGKAT
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.

2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman nanas adalah:
  •           Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
    • Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
    • Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup
    • Ordo : Farinosae (Bromeliales
    • Famili : Bromiliaceae
    • Genus : Ananas
    • Species : Ananas comosus (L) Merr
Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith. Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.
3. MANFAAT TANAMAN
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana. Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak.
4. SENTRA PENANAMAN
Penanaman nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas ditanam di negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Pada masa mendatang amat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan pengembangan nanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya. Luas panen nanas di Indonesia + 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan nasional (657.000 hektar). Beberapa tahun terakhir luas areal tanaman nanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yang dibudidayakan di Indonesia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
  1. Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah agak kering) dan F (daerah kering).
  2. Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu.
  3. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam.
  4. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 ° C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 ° C.
5.2. Media Tanam
  1. Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah.
  2. Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum dengan cepat.
  3. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus diperhatian adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akat.
  4. Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas, namun nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering.
5.3. Ketinggian Tempat
Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 100-700 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nanas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Cara generatif dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian, (jarang digunakan). Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
1) Persyaratan Benih
Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang. Tunas batang dan stek batang.
2) Penyiapan Benih
Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena membutuhkan teknik khusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dan tidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara vegetatif (tunas akar) mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di dalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif sedikit, bentuk daun lebih langsing, masa remaja tunas akar relatif pendek. Cara vegetatif lain (tunas batang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh dari batang dan jumlah tunas per rumpun relatif sedikit. Tunas batang mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh pada tangkai buah di bawah tangkai buah dan di atas tunas batang, jumlah tunas buah per tanaman relatif banyak hingga mencapai 10 tunas dan ukuran tunas yang bervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman. Untuk cara vegetatif dengan mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yang non-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuan khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak, seragam, dan mudah dalam pengangkutan.
Penyiapan benih (bibit) untuk tanaman nanas dibedakan menjadi bibit tunas batang dan bibit nanas dari stek. Penyiapan bibit tunas batang: memilih tunas batang pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas batang yang baik adalah panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal pohon dipotong untuk mengurangi penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu biarkan selama beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat penanaman langsung segera ditanam.
Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakuakan adalah memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm, kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas. Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan dengan tinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila bibit akan diangkut dalam jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus lembab.
Benih yang disiapkan harus disesuaikan dengan luas areal penanaman. Kepadatan tanaman yang ideal berkisar antara 44.000-77.000 bibit tanaman per Ha, tergantung jarak tanam, jenis nanas, kesuburan tanah, sistem tanam dan jenis bibit. Penanaman dengan sistem persegi (jarak tanam 150 x 150 cm) membutuhkan sekitar 3556 bibit bila lahan yang mangkus ditanami 80%. Atau 12.698 - 15.875 bibit pada sistem tanam kereta api dengan jarak tanam 60 x 60 cm dan jarak antar barisan sebelah kanan/kiri dari kereta api adalah 150 cm.
3) Teknik Penyemaian
Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Langkah dalam menyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung (misalnya Rootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat pertumbuhan akar. Belahan batang pada bak persemaian disemaikan sedalam 1,5 - 2,5 cm dan jarak tanam 5-10 cm. Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan lembar plastik tembus cahaya (bening). Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian baru yang medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan. Campuran media berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang halus (1:1). Langkah terakhir adalah memindahtanamkan bibit nanas dari persemaian perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.
4) Pemeliharan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman dilakukan secara berkala dijaga agar kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering supaya bibit tidak mati. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk kandang dengan perbandingan kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan dan pemberian pestisida dapat dilakukan jika diperlukan.
5) Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atau berumur 3-5 bulan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah disaat waktu musim kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan. Derajat keasaman tanah perlu diperhatikan karena tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar 5,5. Jumlah bibit yang diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas, tingkat kesuburan tanah dan ekologi pertumbuhannya.
2) Pembukaan Lahan
Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan: membuang dan membersihkan pohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar lahan kebun ke tempat penampungan limbah pertanian. Mengolah tanah dengan dicangkul/dibajak dengan traktor sedalam 30-40 cm hingga gembur, karena, bisa berakibat fatal pada produksi tanaman. Biarkan tanah menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benar-benar matang dan siap ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekililingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengan cara membuat bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90-150 cm atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan atau bedengan adalah antara 30-40 cm.
4) Pengapuran
Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5. Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan tanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha. Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar kapur cepat melarut.
5) Pemupukan
Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas atau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kalium diperlukan untuk perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk urea penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanaman nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu: sistem baris tunggal atau persegi dengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cm jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm. Sistem baris rangkap dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak antar barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90 cm. Sistem baris rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan tanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm serta sisitem baris rangkap empat dengan jarak 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan tanaman 90 cm.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan sistem tanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanam digunakan pacul, tugal atau alat lain.
3) Cara Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah yang dilakukan:
  1. membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem tanam yang dipilih;
  2. mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit pada lubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam;
  3. tanah ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah;
  4. dilakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah;
  5. penanaman bibit nanas jangan terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudah busuk.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan tidak berbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan, sebab ceding-ceding bibit nanas tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit.
2) Penyiangan
Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari rumput liar dan gulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untuk menghemat biaya penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan.
Cara penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput dengan tangan/kored/cangkul. Tanah di sekitar bedengan digemburkan dan ditimbunkan pada pangkal batang nanas sehingga membentuk guludan.
3) Pembubunan
Pembubunan diperlukan dalam penanaman nanas, dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nanas berdiri kuat.
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:
  1. a) Pupuk NPK tablet (Pamafert)
    1. Komposisi kandungan N-P2O5-K2O-MgO-CaO adalah 17-8-12-0-2+mikro
    2. Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet
    3. Dosisi anjuran satu tablet tiap tanaman
  2. Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl
    1. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar. Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.
    2. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125 kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6 bulan dipupuk kandang 10 ton/ha.
Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10-15 cm diantara barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain: disemprotkan pada daun terutama pupuk Nitrogen dengan dosis 40 gram Urea per liter atau ± 900 liter larutan urea per hektar.
5) Pengairan dan Penyiraman
Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yan cukup. Pengairan /penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakan mesin penyemprot atau embrat.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
  1. Penggerak buah (Thecla basilides Geyer)
    • Ciri: kupu-kupu berwarna coklat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.
    • Gejala: menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian tanaman yang terserang hama;
      2. kimiawi dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
  2. Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)
    • Ciri: berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6.
    • Gejala: menyerang tanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri).
    • Pengendalian: dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida.
  3. Lalat buah (Atherigona sp.)
    • Ciri: Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah, kemudian menjadi larva berwarna putih.
    • Gejala: merusak/ memakan daging buah hingga menyebabkan busuk lunak.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun, membuang buah yang terserang lalat buah;
      2. kimiawi dengan cara disemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Thiodan 35 EC atau Basudin EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
  4. Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)
    • Ciri: Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan bermata besar.
    • Gejala: menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.
    • Pengendalian:
      1. secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang;
      2. (2) secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.
  5. Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)
    • Ciri: Serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm, bulat dan datar, berwarna putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun, sehingga menyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman terhambat.
    • Pengendalian: dapat disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron 500 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
  6. Ulat buah (Tmolus echinon L)
    • Ciri: Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya kecil.
    • Gejala: menyerang buah nanas dengan cara menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah berlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang berat.
    • Pengendalian dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan
  7. Hama lain: rayap, tikus, nematoda, bintil akar dan kutu tepung jeruk juga kadang-kadang menyerang tanaman nanas.
7.2. Penyakit
  1. Busuk hati dan busuk akar
    • Penyebab: cendawan Phytophthora parasitica Waterh dan P. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot. Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C.
    • Gejala: pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya.nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut
        tanaman yang sakit;
      2. kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.
  2. Busuk pangkal
    • Penyebab: cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base rot. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah.
    • Gejala: pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau
      bercak-bercak putih kekuning-kuningan.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis;
      2. kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.
  3. Penyakit Lain
    • Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh cendawan Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu dan bercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya.
    • Pengendalian: harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yang sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan /pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit.
7.3. Gulma
Penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh banyak dan dominannya gulma karena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:
  1. Mahkota buah terbuka.
  2. Tangkai ubah mengkerut.
  3. Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
  4. Warna bagian dasar buah kuning.
  5. Timbul aroma nanas yang harum dan khas.
8.2. Cara Panen
Tata cara panen buah nanas: memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tanda siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar.
8.3. Periode Panen
Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru. Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam pada lahan yang baru.
8.4. Prakiraan Produksi
Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif dapat mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar, tergantung jenis nanas dan sistem tanam.
9. PASCAPANEN
Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai.
9.1. Pengumpulan
Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau gudang sortasi.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga naik maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 ° C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar seragam. Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalam keranjang bambu atau peti kayu atau dos karton bergelombang. Ukuran wadah pengemasan 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses pengangkutan dimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat pengangkutan, buah nanas diangkut dan dipasarkan ke tempat pemasaran.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya nanas dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
  1. Biaya produksi
    1. Nilai sewa tanah per tahun Rp. 2.500.000,-
    2. Sprayer dan alat pertanian Rp. 600.000,-
    3. Bibit 45.000 batang @ Rp. 150,- Rp. 6.750.000,-
    4. Pupuk
      • Pupuk kandang 20 ton @ RP. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
      • ZA 300 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 375.000,-
      • TSP (SP-36) 200 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-
      • KCl 150 Kg @ Rp. 1.650,- Rp. 247.500,-
    5. Pestisida Rp. 400.000,-
    6. Pengolahan tanah borongan Rp. 1.500.000,-
    7. Pemupukan & penanaman 10 HKP @ Rp.7.000,- +100 HKW Rp. 570.000,-
    8. Pemeliharaan tanaman 200 HKW @ RP. 5.000,- +20 HKP Rp. 1.140.000,-
    9. Panen dan pascapanen 100 HKW +10 HKP Rp. 570.000,-
    10. Biaya lain-lain (tidak terduga 10%) Rp. 1.801.250,-
    • Jumlah biaya produksi Rp. 19.813.750,-
  2. Hasil penjualan dan laba (keuntungan)
    1. Produksi tahun ke-1: 75% x 45.000 x Rp 750,- /buah Rp. 25.312.500,-
    2. Biaya produksi tahun ke-1 Rp. 19.813.750,-
    3. Keuntungan tahun ke-1 Rp. 5.498.750,-
    4. Produksi tahun ke-2: 80% x 45.000 x Rp. 750,-/buah Rp. 27.000.000,-
    5. Biaya produksi tanpa dihitung bibit & alat pertanian tahun ke-2 Rp. 12.463.750,-
    6. Keuntungan ke-2 Rp. 7.350.000,-
  3. Parameter kelayakan usaha 1. B/C ratio = 1,28
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek komoditas buah nanas sangat besar, terutama bila nanas diolah menjadi makanan kaleng seperti selai nanas, sirup buah nanas dan sirup kulit buah nanas. Pabrik pengalengan buah nanas sudah banyak di bangun, diantarnya dilakukan oleh PT Great Giant Pineapple di Lampung. Negara tujuan ekspor adalah Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Walaupun daerah penghasil nanas sudah menyebar merata, Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja dari kebutuhan dunia, 5%. Padahal menurut proyeksi, kebutuhan nanas dunia tahun 1996 akan naik sebesar 5% kebutuhan dunia saat ini. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Tentu saja hal ini akan menjadi prospek yang baik bagi Indonesia. Hal yang perlu untuk dicermati adalah ekspor buah nanas Indonesia meningkat dalam 10 tahun terakhir. Ekspor Indonesia tahun 1987 sebesar 26.952 ton meningkat menjadi 83.997 ton pada tahun 1996. Dari segi nilai, Ekspor Indonesia pada tahun 1987 sebesar US$ 60.766 ribu pada tahun 1996. Sedangkan untuk impor nanas Indonesia mengalami peningkatan namun dalam jumlah kecil. Impor nanas meningkat dari 0,16 ton pada tahun 1987, meningkat menjadi 10,36 ton pada tahun 1995. Dalam era globalisasi ini, peluang pasar dunia semakin terbuka lebar untuk semua komoditas. Demikian juga komoditi nanas cukup besar peluang untuk memasuki pasar dunia baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk buah kaleng. Negara-negara di Asia Tenggara merupakan eksportir utama buah nanas dunia. Thailand merupakan negara eksportir terbesar pada tahun 1995, yaitu sekitar 39% dari ekspor nanas dunia.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara uji, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan nanas.
11.2. Diskripsi
Standar mutu buah nanas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 01-3166- 1992.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Nanas digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu mutu I dan II.
  1. Kesamaan sifat varientas: mutu I=seragam; mutu II=seragam; cara uji organoleptik.
  2. Tingkat ketuaan: mutu I=tua, tidak terlalu matang dan tidak lunak; mutu II=tua, tidak terlalu matang dan tidak lunak; cara uji organoleptik.
  3. Kekerasan: mutu I=keras, mutu II=keras; cara uji organoleptik.
  4. Ukuran: mutu I=seragam, diameter min. 9,5 cm; mutu II=kurang seragam; cara uji SP-SMP-309-1981.
  5. Gagang: mutu I=teropong rapi; mutu II=teropong rapi; cara uji organoleptik.
  6. Mahkota: mutu I=satu, utuh rapi, ukuran normal; mutu II=tidak dipersyaratkan; cara uji organoleptik.
  7. Kerusakan (%): mutu I=maksimum 5; mutu II=maksimum 10; cara uji SP-SMP-310- 1981.
  8. Busuk (%): mutu I=maksimum 1; mutu II=maksimum 2; cara uji SP-SMP-311-1981.
  9. Kadar total padatan terlarut (%): mutu I=minimum 12; mutu II=minimum 12; cara uji SP-SMP-321-1981
  10. Kotoran: mutu I=bebas kotoran; mutu II=bebas kotoran; cara uji organoleptik.
11.4. Pengambilan Contoh
1) Produk dalam ikatan/kemasan
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan/ikatan diambil contohnya sebanyak 5 buah nanas, dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh-contoh tersebut diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 5 buah untuk dianalisis.
  1. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah sampai dengan 100 : jumlah contoh 5
  2. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 101 sampai 300 : jumlah contoh 7
  3. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 301 sampai 500 : jumlah contoh 9
  4. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 501 sampai 20 : jumlah contoh 10
  5. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah Lebih dari 1000 : jumlah contoh 15 (min)
Catatan: Khusus untuk pengujian kerusakan dan busuk, jumlah contoh akhir sebanyak 100 buah. Pengujian dapat dilakukan di lapangan.
2) Produk dalam curah (in bulk)
Sekurang-kurangnya 5 contoh diambil secara acak sesuai dengan jumlah berat total seperti terlihat di bawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil dari bagian atas, tengah dan bawahserta berbagai sudut dicampur, kemudian diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 10 kg untuk dianalisa. Dalam hal berat nanas yang diambil contohnya lebih dari 2 kg/buah, setiap pengambilan contoh sekurang-kurangnya terdiri dari 5 buah nanas.
  1. Jumlah berat lot s/d 200 kg berat : contoh minimal yang diambil 10 kg
  2. 201 s/d 500 kg berat : contoh minimal yang diambil 20 kg
  3. 501 s/d 1000 kg berat : contoh minimal yang diambil 30 kg
  4. 1001 s/d 5000 kg berat : contoh minimal yang diambil 60 kg
  5. Lebih dari 5000 kg berat : contoh minimal yang diambil 100 kg
Catatan: Khusus untuk pengujian kerusakan dan busuk, jumlah contoh akhir sebanyak 100 buah. Pengujian dapat dilakukan dilapangan. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Nanas dikemas dalam keranjang bambu, peti kayu ataupun karton dengan atau tanpa bahan penyakit dengan berat bersih maksimum 40 kg. Atau diikat dengan tali, masing-masing ikatan terdiri dari maksimum 10 buah nanas. Pemberian merek untuk nanas yang dikemas dalam kemasan pada bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan:
  1. Nama barang.
  2. Jenis mutu.
  3. Nama/kode perusahaan/eksportir.
  4. Berat bersih.
  5. Jumlah nanas/kemasan.
  6. Daerah asal.
  7. Produksi Indonesia.
  8. Tempat/negara tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta
  2. Ashari, Semeru. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press (UI-Press). Jakarta
  3. Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta
  4. E.W.M., Verheij & R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara II; Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama dan Prosea Indonesia & European Commission. Jakarta.
  5. Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta.
  6. Rukmana, Rahmat. 1996. Nanas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Rabu, 04 Juli 2012

Manfaat Daun Dan Buah Sirsak

Daun Dan Buah Sirsak ternyata memiliki banyak manfaat, seperti halnya Buah Pepaya. Buah yang satu ini memang bisa kita dapatkan dengan mudah di sekitar kita. Buah yang memiliki nama latin Annona muricata L ini tumbuh dengan subur di Indonesia. Banyak orang yang sudah membuktikan Manfaat Daun Dan Buah Sirsak, ini berNah, berikut adalah beberapa Manfaat Daun Dan Buah Sirsak dan berbagai cara pengolahannya agar bisa dijadikan sebagai obat. Berikut selengkapnya:

1. Pengobatan Kanker.
10 lembar daun sirsak yg tua direbus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas, minum 2 kali per hari selama 2 minggu. Daun sirsak ini katanya sifatnya seperti kemoterapi, bahkan lebih hebat lagi karena daun sirsak hanya membunuh sel sel yang tumbuh abnormal dan membiarkan sel sel yang tumbuh normal.

2 Sakit Pinggang.
20 lembar daun sirsak, direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal3 gelas, diminum 1 kali sehari 3/4 gelas.

3. Bayi Mencret.
Buah-sirsak yang sudah masak. Buah sirsak diperas dan disaring untuk diambil airnya, diminumkan pada bayi yang mencret sebanyak 2-3 sendok makan.

4. Ambeien.
Buah sirsak yang sudah masak. Peras untuk diambil airnya sebanyak 1 gelas, diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

5. Bisul.
Daun sirsak yang masih muda secukupnya, tempelkan di tempat yang terkena bisul.

6. Anyang-anyangen.
Sirsak setengah masak dan gula pasir secukupnya. Sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air sebanyak 2 gelas, disaring dan diminum.

7. Sakit Kandung Air Seni.
Buah sirsak setengah masak, gula dan garam secukupnya. Semua bahan tersebut dimasak dibuat kolak. Dimakan biasa, dan dilakukan secara rutin setiap hari selama 1 minggu berturut-turut.

8. Penyakit Liver.
Puasa makanan lain, hanya minum juice sirsak selama 1 minggu

9. Eksim dan Rematik.
Tumbuk daun sirsak sampai halus dan tempelkan di bagian yang sakit

10. Bunga sirsak
Bunga sirsak dapat digunakan utk menyembuhkan katarak tapi bagaimana penggunaannya saya belom tau. Kalo saya sudah dapatkan resepnya akan saya tambahkan di sini.

Nah, semoga informasi tentang Manfaat Daun Dan Buah Sirsak di atas bermanfaat untuk Anda.

Contoh Laporan Tugas Akhir By.....Neneng Purwati


UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
 (Xanthomonas compestris pv. oryzae)
DI KEBUN PERCOBAAN
MUARA BOGOR






Laporan Tugas Akhir


PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN


Oleh


NENENG PURWATI
NBP. 0801121003














JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2011
UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI  (Xanthomonas compestris pv. oryzae) DI KEBUN PERCOBAAN MUARA BOGOR
BD14845_
Oleh : NENENG PURWATI
(Di Bawah Bimbingan Ir. Yulensri, M.Si)

RINGKASAN
            Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang mempunyai fungsi penting dalam pembangunan pertanian, karena merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung sumber energi yang cukup tinggi, karena tanaman padi kaya akan karbohidrat, serta bahan yang terkandung di dalamnya mudah terurai menjadi energi.
            Strategi yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah turunnya produksi padi diantaranya adalah intensifikasi pertanian yang meliputi penggunaan varietas unggul yang responsif terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae, pemupukan, teknik bercocok tanam yang baik, perbaikan pengairan, pengaturan dan pemberian air, pengendalian hama dan phatogen tanaman. Selain untuk meningkatkan produksi pertanian, juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani
Hasil pengamatan produksi tanaman padi rawa di ketahui bahwa 2 jenis galur yang diuji (B13134-3-MR-1-KY-11, TDK 1-Sub 1) lebih tinggi produksinya dari 4 varietas yang diuji (IR42, IR64, Ciherang, Inpara 5). Hal ini diduga disebabkan pengaruh dari pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan) galur lebih bagus dari pada varietas.
Tingginya produksi pada galur yang diuji juga disebabkan oleh reaksi ketahanan galur terhadap serangan penyakit HDB, dengan kriteria (agak tahan) jika dibandingkan dengan varietas yang diuji (agak rentan). Dari hasil pengamatan tingkat serangan penyakit pada galur 18,23 – 24,75 % sedangkan pada varietas 33,61 -54,07 %.
Serangan penyakit hawar daun bakteri dapat menurunkan produksi padi rawa. Hasil padi rata-rata 3,3 ton/ha, padahal hasil padi yang biasa dicapai 5,6 ton/ha. Senjang hasil tersebut disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6%. Di Indonesia potensi hasil varietas padi yang dilepas berkisar 5-9 ton/ha , sementara hasil nasional baru mencapai rata-rata 4,32 ton/ha.
Galur mempunyai reaksi yang agak tahan terhadap penyakit HDB, sedangkan varietas mempunyai reaksi agak rentan. Dalam usaha menciptakan varietas yang tahan diperlukan banyaknya keterangan tentang susunan genetik yang mengendalikan sifat tahan tersebut, dan bagaimana sifat tahan tersebut dapat diwariskan kepada keturunanya, disamping itu perlu diketahui interaksi dari masing-masing strain Xanthomonas campestris pv oryzae dengan tanaman padi sebagai inang utamanya, hal ini dapat dipengaruhi kondisi fisiologi tanaman tersebut maupun sifat-sifat fisiologis isolat bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.


Laporan Tugas Akhir


UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
 (Xanthomonas compestris pv. oryzae)
DI KEBUN PERCOBAAN
MUARA BOGOR





Disusun Oleh :



NENENG PURWATI
NBP. 0801121003





Laporan ini merupakan sebagai persyaratan
Untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III





Pada











PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2011
Laporan Tugas Akhir


UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
 (Xanthomonas compestris pv. oryzae)
DI KEBUN PERCOBAAN
MUARA BOGOR



Disusun Oleh :


NENENG PURWATI
NBP. 0801121003


Menyetujui :


    Ketua Program Studi                                           Dosen Pembimbing
   Budidaya Tanaman Pangan




          Ir. Anidarfi, MP                                                    Ir. Yulensri, M.Si
   Nip.19630801198902001                                           NIP. 196312171989102001


Mengetahui,

   Direktur Politeknik Pertanian                                      Ketua Jurusan
           Universitas Andalas                                      Budidaya Tanaman Pangan





      Ir. Deni Sorel, M.Si                                                 Ir. Setya Dharma, M.Si                                   
  NIP. 19600416198031002                                         NIP.196010061978031003 






Laporan Tugas Akhir

UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
 (Xanthomonas compestris pv. oryzae)
DI KEBUN PERCOBAAN
MUARA BOGOR




Disusun Oleh :


Neneng Purwati
NBP. 0801121003



Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Unand Pada Tanggal 14 Juli 2011



TIM PENGUJI
No.
Nama
Jabatan
Tanda Tangan
1.
Ir. Surya Marizal, M.Si
Ketua


2.
Ir.Anidarfi, MP
Anggota


3.
Ir. Yulensri, M.Si
Anggota













Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu
(Ali bin Abu Thalib)

Orang yang paling menyakitkan siksanya di hari kiamat adalah orang yang punya ilmu tapi Allah tidak mengizinkan memanfaatkan ilmunya (al-hadist)
Allah itu Maha Kasih Sayang Allah Maha Adil dan Maha Penerima Taubat. Allah tidak pernah dan tidak
akan pernah berlaku dzalim, Allah juga bukan pendendam. Allah senang kepada hamba-hambaNya yang tidak pernah putus asa untuk memperoleh rahmat dan hidayahNya. Allah senang kepada mereka yang senantiasa punya harapan untuk hidup yang lebih baik dimasa yang akan datang.

TUHAN,,,,,,,,
Ampunilah hamba yang hina dan penuh dosa ini
Do’aku pada Mu ya Allah,,,,
Tengadah aku menanti rido Mu dan lindungan Mu dalam perjalanan ku ini.
Semoga perlindungan Mu meridoiku
Amiiiiiin

Syukur bagi saya amatlah sederhana kupersembahkan buat orang tua terinta serta seseorang yang selalu ada di hati nda’
Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali bin Abu Thalib)

Ku persembahkan karya kecil ku ini untuk:
            Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat  serta ilmu yang t’lah ku miliki... Ya Allah ridhoi dan kuatkanlah hati hamba untuk slalu bersujud kepada Mu.. Untuk mu sang idola umat “Nabi Muhammad SAW” yang telah memberi kecerahan dan kesejukan dunia di dalam islam yang aku miliki.
      Ayahanda  dan ibunda tercinta, kupersembahkan karya kecil buah pemikiranku, sebagai wujud bakti dan cinta ku padamu. Ku sadari, semua ini tak sanggup membalas semua jerih paya mu untuk mendidik dan merawat buah hatimu agar menjadi insan yang berguna. Ku mengerti betapa beratnya perjuan9an mu untuk kami buah hati mu.., hanya panjatan doa yang bisa ku lakukan agar engkau selalu dalam ridho-Nya. Ku berharap karya kecilku ini dapat mengukir secuil senyum di wajah mu, I LOVE U.

    

MY BEST FAMILY : kakak(Eka Hermanto,Nova  Linda, dan Muhammad Amin) semoga kita tetap jadi empat serangkai....trim’s tas smua nasehat dan kasih sayangnya...tahun ini kita perpanjang nama kita, oC..!! Tanks for ALL.


Ku masih merindukan orang yang kuucintai dan tidak lagi bersama ku,…
tapi aku bersyukur karena pernah memilikinya….
Perasaan bersyukur itu akhirnya mengalahkan perasaan kehilangan ku...
Apa yang bisa dilakukan ketika orang yang kita cintai telah tiada,..
kecuali menghidupkan mereka kembali dengan mengenang mereka...



Untuk bunda ir Yulensri, MSi selaku dosen pembimbing yang selama ini telah bersusah payah membina hingga semua ini bisa Neneng raih. Trimaksih banyak bu, bagi Neneng kasih sayang ibu tak hanya kasihnya seorang pembimbing, melainkan kasih sayang bunda kepada anaknya.
I love U Bunda. Trimakasih kepada 3 orang bapak dan Ibuk yang menyinari ku dengan sosok seorang yang sangat Qu banggakan. Ketenangan dan jiwa peneliti bapak 
(Pkof. Dr. Ir. Agustamar,MP) m’motifasi Neneng selalu untuk ingin terus belajar...untuk bapak (Ir.Khazy Anty, MSi) yang selalu berpesan “dimana saja kita bisa dapat org tua”,.dan
(Dr. ir Wiwik Hardiningsih. MP) yang selalu memberi saya semangat untuk meraih masa depan meskipun Neneng pernah putus asa di dalam hal apapun. Neneng kan ingat selalu.






                                      By


Neneng Purwati




KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini dapat diselesaikan. Laporan ini berjudul “Uji Ketahanan Galur/Varietas Padi Rawa (Oryza sativa L.) Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri  (Xanthomonas compestris pv. oryzae) Di Kebun Percobaan Muara Bogor”
Laporan ini disusun berdasarkan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM)  yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Muara Bogor Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di desa Ciapus, kecamatan Cikaret, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 1 April hingga 10 Juni 2011.
Selesainya laporan ini, tidak terlepas dari peran serta dan dukungan moril maupun materil, semangat, dan bimbingan penulisan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
  1. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga tercinta yang telah memberikan segalanya kepada penulis.
  2. Bapak Ir. Deni Sorel, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Universitas Andalas.
  3. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Katua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan.
  4. Ibu Ir. Anidarfi, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Pangan.
  5. Ibu Ir. Yulensri, M.Si selaku Dosen Pembimbing.
  6. Ibu Dra Anggiani Nasution selaku Pembimbing Lapang di Kebun Percobaan Muara Bogor Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
  7. Segenap Staf dan Karyawan Kebun Percobaan Muara Bogor Balai Besar Penelitian Tanaman Padi yang telah membantu dalam memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan.
  8. Sahabat dekatku Trirayandi Putra, Meldawati, dan Pembimbing beserta seluruh teman-teman angkatan 2008 Program Studi Budidaya Tanaman Pangan, seluruh teman-teman dari Kerinci yang namanya tidak dapat disebutkan sau persatu, Paman dan Tante serta khususnya buat kekasih ku tercinta yang telah membantu selesainya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tanjung Pati, Juli 2011                                              

                                                                                                NP




DAFTAR ISI
                                                                                                                    Halaman
RINGKASAN........................................................................................             ii
KATA PENGANTAR..........................................................................          viii     
DAFTAR ISI..........................................................................................             x
DAFTAR TABEL.................................................................................            xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................           xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................          xiii
I.     PENDAHULUAN..........................................................................              1
A.    Latar Belakang...........................................................................              1
B.     Tujuan.........................................................................................              4
II.    TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................              5
A.    Morfologi Tanaman Padi............................................................              5
B.     Faktor Lingkungan.....................................................................              9
C.     Sistem Budidaya Padi Rawa......................................................            11
D.    Penyakit Hawar Daun Bakteri Xanthomonas campestris pv
oryzae.........................................................................................            12
III. METODE PELAKSANAAN ......................................................            15
A.    Waktu dan Tempat.....................................................................            15
B.     Alat dan Bahan..........................................................................            15
C.     Pelaksanaan................................................................................            16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................            23
A.    Hasil...........................................................................................            23
B.     Pembahasan................................................................................            26
     
V.    KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................            31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................            32
LAMPIRAN...........................................................................................            34

DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                         Halaman
1.   Data hasil Produksi padi di beberapa sentra produksi padi.................               2
2.   Kriteri penyakit....................................................................................             22
3.   Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan padi rawa pada umur
      hari  setelah tanam...............................................................................             23
4.  Pengamatan komponen dan produksi tanaman padi rawa ...................             25
5. Reaksi ketahanan 6 galur/varietas terhadap bakteri Xanthomonas
      campestris pv oryzae.............................................................................             26
                              



DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                    Halaman
1.      Morfologi Padi.....................................................................................             3
2.      Pembuatan Media (PSA).....................................................................             19
3.      Media (PSA).......................................................................................             19
4.      Tanaman saat diinokulasi Penyakit Hawar Daun Bakteri...................             22
5.      Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Rawa......................................             22
6.      Grafik Rata-rata Jumlah Anakan Padi Sawah.....................................             22


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran                                                                                                 Halaman
1.      Keadaan Umum Perusahaan dan Struktur Organisasi ........................           34
2.      Gambar Persiapan Bibit untuk Penanaman galur/varietas di Rumah
Kaca.....................................................................................................           36
3.      Gambar Pemeliharaan Tanaman pada Padi Rawa
(pencabutan gulma)..............................................................................           36
4.      Gambar Pemeliharaan pada tanaman padi rawa (penyiraman)............           37
5.      Gambar Pengamatan Tinggi Tanaman.................................................           37
6.      Gambar Pengamatan Penyakit pada Tanaman Padi Rawa
yang sudah Diinokulasi........................................................................           38
7.      Gambar Tanaman Padi Rawa di dalam Rumah Kaca..........................           38
8.      Deskripsi Varietas Padi IR42..............................................................           39
9.      Deskripsi Varietas Padi IR64..............................................................           40
10.  Deskripsi Varietas Padi Ciherang........................................................           41
11.  Deskripsi Varietas Padi Inpara 5.........................................................           42


















I.          PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang mempunyai fungsi penting dalam pembangunan pertanian, karena merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung sumber energi yang cukup tinggi, karena tanaman padi kaya akan karbohidrat, serta bahan yang terkandung di dalamnya mudah terurai menjadi energi. Kebutuhan beras / kapita pada tahun 1995 mencapai 137, 65 kg/ kapita dan pada tahun 2009 sudah mencapai 148,45 kg/kapita. Seiring meningkatnya kebutuhan perkapita dan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan beras secara nasional juga akan meningkat dan harus tersedia secara nasional (Kadir, Agus dan A.Ruskandar 2007).
Padi merupakan tanaman yang sangat urgens keberadaanya di Indonesia karena beras adalah sumber bahan makanan pokok bagi rakyat bangsa ini dan bahkan bagi separoh penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta jiwa dari sekitar 3 milyar penduduk Asia, termasuk 200 juta penduduk Indonesia, menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Sementara di Afrika dan Amerika Latin yang berpenduduk sekitar 1,2 milyar, 100 juta diantaranya pun hidup dari beras. Di Negara-negara Asia beras memiliki nilai ekonomis sangat berarti, oleh karena itu padi dapat mempengaruhi kestabilan politik, ekonomi dan pertahanan negara, serta mempengaruhi biaya tenaga kerja dan harga bahan lainnya (Andoko, 2010).
Daerah yang menjadi sentra penghasil padi di Indonesia diantaranya: Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Produksi padi di beberapa daerah sentra produksi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Data hasil produksi padi di beberapa daerah sentra produksi padi
No
         Daerah Sentra Produksi padi
Hasil (ton/ha)
1
Jawa Barat
7,38
2
Jawa Timur
5,98
3
Sulawesi Selatan
6,54
4
Sumatera Utara
6,13
5
Sumatera Barat
4,65
Sumber: Badan Pusat Statistik,  (2009)
Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Produksi beras di Indonesia perlu terus di tingkatkan, agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi tanpa harus mengimpor dari luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, jumlah penduduk semakin meningkat sementara itu produksi beras masih belum mampu memenuhi kebutuhan rakyat akibat penggunaan teknologi pertanian yang tidak tepat guna. Menurut Anwar dan Partohardjono (1986), strategi yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah turunnya produksi padi diantaranya adalah intensifikasi pertanian yang meliputi penggunaan varietas unggul yang responsif terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae, pemupukan, teknik bercocok tanam yang baik, perbaikan pengairan, pengaturan dan pemberian air, pengendalian hama dan phatogen tanaman. Selain untuk meningkatkan produksi pertanian, juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani (Rismundar, 1986).
Lahan rawa merupakan salah satu sumber lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Potensi lahan rawa yang tersebar di beberapa wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, maupun Papua sangat besar. Permasalahan utama pengembangan lahan rawa sebagai sentra pengembangan kawasan pertanian yaitu belum optimalnya pengelolaan sumberdaya yang tersedia. Oleh sebab itu diperlukan  pengamatan dan informasi yang cermat untuk menentukan lokasi prioritas pengembangan. Berbagai komoditas pertanian pada lahan rawa dapat dikembangkan dengan memperhatikan aspek fisik/kimia tanah, aspek pola genangan dan aspek sosial ekonomi (http:// Bayhaqi, 2011).
Peningkatan produksi padi terus diupayakan untuk mengimbangi kenaikkan konsumsi, karena pertumbuhan jumlah penduduk masih tinggi. Penyakit adalah salah satu kendala program peningkatan produksi, akan semakin kompleks akibat perubahan iklim global. Penyakit padi merupakan salah satu cekaman biotik yang menyebabkan kesenjangan hasil antara potensi hasil dan menyebabkan produksi tidak stabil. Di Asia Tenggara hasil padi rata-rata 3,3 ton/ha, padahal hasil padi yang biasa dicapai 5,6 ton/ha. Senjang hasil tersebut disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6%  (Oerke et al, 1994).  Di Indonesia potensi hasil varietas padi yang dilepas berkisar 5-9 ton/ha, sementara hasil nasional baru mencapai rata-rata 4,32 ton/ha (BPS, 2001).
Penyakit hawar daun bakteri bacterial leaf blight (BLB) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae. Penyakit ini di Indonesia tersebar hampir diseluruh daerah pertanaman padi baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dan selalu timbul baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Pada musim hujan biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati (Amir, 1988).
B.  Tujuan
Tujuan dari pengujian galur/varietas ini adalah :
1.        Mengetahui respon ketahanan beberapa galur/varietas padi rawa terhadap penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas compestris pv oryzae
2.        Mengetahui hubungan antara galur/varietas padi rawa terhadap pertumbuhan dan hasil yang ditanam
3.        Mendapatkan varietas unggul lokal padi rawa yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae








II.          TINJAUAN PUSTAKA

A.    Morfologi Tanaman Padi
Padi dari Koehler's Book of Medicinal PlantsPadi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan jenis rumput-rumputan.  Tanaman padi dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi gogo yang ditanam dan tumbuh di lahan darat dan padi sawah yang ditanam pada lahan basah dan memerlukan air tergenang. Berdasarkan taksonomi tanaman, padi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
Kelas
: Monokotyledoneae
Ordo
: Graminales
Famili
: Gramineae
Genus
Spesies

Gambar 1. Morfologi Padi
 
: Oryza sativa L.
Sumber : (Satuan Pengendalian Bimas, 1993).
Secara morfologi tanaman padi termasuk golongan tanaman setahun atau semusim. Batang berbentuk bulat berongga, dan memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang (AAK, 1992). Tanaman padi terdiri dari bagian vegetatif yang meliputi akar, batang, daun dan bagian generatif meliputi malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga (Hirupbagja, 2009).


1.  Bagian vegetatif
            Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat hara dari udara dalam tanah dan kemudian diangkut kebagian atas tanaman. Akar padi digolongkan ke dalam akar serabut. Akar primer (radikula) yang tumbuh sewaktu berkecambah bersama akar seminal yang jumlahnya antara 1-7. Akar-akar seminal selanjutnya akan digantikan oleh akar sekunder yang tumbuh dari buku terbawah batang (Badan Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Barat, 2007).
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang lainnya dipisah oleh sesuatu buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Batang terdiri dari pelepah-pelepah daun dan ruas-ruas yang tertumpuk padat. Setelah memasuki stadia reproduktif ruas-ruas tersebut memanjang dan berongga. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek (Badan Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Barat, 2007).
            Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-seling satu daun pada tiap buku. Daun terdiri dari; (i) helaian daun yang terletak pada batang padi, berbentuk memanjang seperti pita; (ii) pelepah daun yang membungkus ruas; (iii) telinga daun (auriele); lidah daun (ligule). Daun bendera mempunyai panjang daun terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar. Banyak daun dan besar sudut yang dibentuk antara daun bendera dengan malai, tergantung kepada varietas-varietas padi yang ditanam. Besar sudut bisa lebih atau kurang dari 90 %, pelepah daun menyelubungi batang yang lebih panjang satu ruas, pangkal pelepah mengembung dan membungkus erat buku batang dan daun dapat pula bewarna lembayung, hal ini merupakan salah satu tanda sifat keturunan padi (AAK, 1992).
            Anakan (tunas) mulai tumbuh setelah tanaman padi memiliki 4 atau 5 helai daun dan tumbuh pada dasar batang. Tanaman padi memiliki pola anakan berganda (anak-beranak). Dari batang utama akan tumbuh anakan primer sampai anakan tersebut memiliki 6 daun dengan 4-5 akar. Dari anakan primer selanjutnya tumbuh anakan sekunder yang kemudian menghasilkan anakan tersier (Badan Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Barat, 2007).
2.  Bagian generatif
Malai merupakan sekumpulan bunga padi (spikelet) yang timbul dari buku paling atas. Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu utama dari malai, sedangkan butir-butir nya terdapat pada cabang-cabang pertama maupun cabang-cabang kedua. Pada waktu berbunga, malai berdiri tegak kemudian terkulai bila butir telah terisi dan menjadi buah. Panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan keliling. Panjang malai beraneka ragam, pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan panjang (lebih dari 30 cm) (Hirupbagja, 2009). Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer dan cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel) tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder.
Bunga padi adalah bunga telanjang secara keseluruhan  disebut malai artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas.  Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu. Tiap unit bunga pada malai dinamakan “spikelet” yang pada hakekatnya adalah bunga yang terdiri atas tangkai bunga/pedicel, bakal buah/ovary, daun mahkota/ lemma  dan palea. Pada ujung lemma terdapat ekor/bulu. Panjang malai suatu varietas berbeda-beda, hal ini merupakan sifat genetik tanaman dan pengaruh lingkungan (Anty dan Yulensri, 2003).
Pada waktu padi hendak berbunga, lodicula menjadi mengembang karena ia menghisap air dari bakal buah. Pengembangan ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka. Hal ini memungkinkan benang sari yang sedang memanjang, keluar dari bagian atas atau dari samping bunga yang terbuka tadi. Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya kandung serbuk, yang kemudian menumpahkan tepungsarinya. Sesudah tepung sari ditumpahkan dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan berpindahnya tepung sari ke kepala putik maka selesailah proses penyerbukan. Kemudian terjadi pembuahan yang menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm adalah penting sebagai sumber makanan cadangan bagi tanaman yang baru tumbuh (Samaullah dan Sasmita,  2008).
Gabah atau buah padi, sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-bagian lain membentuk sekam (kulit gabah). Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian: bagian paling luar disebut epicarpium, bagian tengah disebut mesocarpium dan bagian dalam disebut endocarpium. Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh embryo (lembaga) yang terletak di bagian sentral yakni dibagian lemma (Hirupbagja, 2009)
Pada lembaga terdapat daun lembaga dan akar lembaga. Endosperm umumnya terdiri dari zat tepung yang diliputi oleh selaput protein. Endosperm juga mengandung zat gula, lemak, serta zat-zat anorganik (Badan Pengendali BIMAS, 1973). Bulir padi mencapai berat maksimum 21 hari setelah pembuahan. Buah akan mengalami matang penuh pada umur 30 hari setelah pembungaan, karena dibutuhkan 7 hari agar seluruh butir terbuka (Samaullah dan Sasmita,  2008).
B.     Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terlepas dari pengaruh faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini meliputi iklim dan jenis tanah. Setiap tanaman menghendaki keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pada kondisi lingkungan yang sesuai, tanaman padi dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Oleh karena itu, sebelum membudidayakan tanaman perlu diketahui terlebih dahulu syarat-syarat ekologi tumbuhnya. Faktor lingkungan yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara lain: iklim dan tanah (Hirupbagja, 2009).
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. Di antara sistem sawah, lahan sawah berpengairan lebih produktif dari lahan sawah tadah hujan. Keragaman produkstivitas dan produksi padi itu terjadi karena, baik secara langsung maupun tidak, air mempengaruhi metabolisme karbon dan protein. Menurut Kramer, (1969) dalam Badan Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Barat, (2007), air bagi tanaman berfungsi sebagai: (i) komponen utama sel-sel; (ii) pelarut bahan-bahan anorganik dan organik di dalam tanah dan tubuh tanaman yang memerlukan; (iii) pereaksi dalam proses fotosintesis dan hidrolitik; (iv) pemantap turgor sel-sel atau jaringan untuk kelangsungan pembelahan dan pembesaran sel atau pertumbuhan jaringan; dan (v) pemantap suhu tanah dan tanaman melalui evapotranspirasi.
Suhu mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman. Suhu yang panas merupakan kondisi yang sesuai bagi tanaman padi. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230 C ke atas, sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh terhadap tanaman padi yaitu kehampaan pada biji (AAK, 1992).
Di dataran rendah ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 0C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 0C. Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman (AAK, 1992).
Tanaman padi dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, tetapi untuk padi yang ditanam di lahan rawa memerlukan syarat-syarat tertentu, karena tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan rawa. Tekstur tanah rawa umumnya dicirikan oleh kandungan fraksi liat dan debu yang tinggi, tetapi fraksi pasirnya sangat rendah dan pada lapisan bawah terdapat parit yang berpotensi masam. Sifat kimia, kesuburan dan biologi tanah tergolong sedang sampai sangat rendah dengan tanah yang demikian diperlukan upaya perbaikan, diantaranya pemupukan dan pemanfaatan sumber daya mikroba yang terdapat dalam jaringan tanaman padi. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus (Notohadiprawiro, 1979).
C.  Sistem Budidaya Padi Rawa
Rawa ialah suatu bagian daratan yang sepanjang tahun biasanya jenuh air atau tergenang air. Di Indonesia rawa digolongkan menjadi rawa pasang surut yaitu rawa yang taraf kelengasannya dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut yang merambat ke pedalaman lewat estuari (saluran pengalir alamiah yang berhubungan langsung dengan laut, tempat mengalirnya air pasang dari laut ke darat dan air surut dari darat ke laut). Rawa lebak yaitu bentuk rawa yang memenuhi perbatasan rawa dalam musim penghujan, sedangkan dalam musim kemarau menjadi kering atau menjadi tanah darat (Notohadiprawiro, 1979).
Kedalaman air di daerah rawa pasang surut ini sangat dipengaruhi oleh pasangnya air dan curahan air hujan, tanah-tanah yang berdekatan dengan sungai batas-batas kandungan airnya sangat dipengaruhi oleh pasang surut kuat dan langsung. Daerah/tanah-tanah yang langsung dipengaruhi, luasnya dapat meliputi 7 km dari sungai-sungai pembawa air pasang. Batas-batas pasang maksimal dan minimal harian pada sungai dapat berubah-ubah, namun yang biasa adalah diantara. Lahan rawa mempunyai reaksi sangat asam sampai agak asam dengan selang antara 3,6-5,99. Pada pH yang rendah tersebut unsur-unsur Fe, Mn, dan Al kelarutannya meningkat sebagai ion-ion logam terhidrasi dalam larutan. Kandungan C-organik tanah tergolong sedang sampai sangat tinggi, tingginya kandungan bahan organik mempengaruhi kandungan nitrogen total (N-total) dan berpengaruh terhadap kandungan fosfor (P) tersedia (Tan, 1982).
Pendayagunaan lahan rawa sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah sejak lama melalui program Pengolahan Lahan dan Tanaman Terpadu (PLTT), antara lain dengan teknologi pengolahan tanah dan air berdasarkan tipologi lahan dan tipe luapan air, varietas unggul adaptif sesuai referensi petani, pengelolaan bahan ameliorasi dan pemupukan menurut status hara tanah dan tipologi lahan, pengendalian OPT, dan pengelolaan panen dan pasca panen (Sutedjo dan Kartasepoetra, 1988).
D.  Penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.
Penyakit hawar daun bakteri pertama kali ditemukan di Fukuoka Jepang pada tahun 1884. Pada awal abad 20 penyakit ini telah diketahui tersebar luas hampir di seluruh Jepang kecuali di pulau Hokkaido. Di Indonesia, penyakit ini mula-mula ditemukan oleh Reitsma dan Schure pada tanaman muda di daerah Bogor dengan gejala layu. Penyakit ini dinamai kresek dan patogennya dinamai Xanthomonas kresek. Terbukti bahwa penyakit ini sama dengan penyakit hawar daun bakteri yang terdapat di Jepang (Amir, 1988).
Secara umum pengamatan mengenai penyakit ini dimulai antara tahun 1908 hingga tahun 1910 di areal sebelah Barat Daya Jepang dan pada tahun 1926 sudah pula tercatat adanya penyakit ini di areal sebelah Utara laut Jepang.  Sesudah tahun 1950 hingga tahun 1960 tanda-tanda berkembangnya pnyakit HDB mulai jelas, melanda hampir seluruh bagian jepang kecuali bagian Timur Hokkaido (Ou, 1985).
Pengembangan varietas padi unggul dengan hasil tinggi tetapi peka terhadap penyakit menyebabkan semakin tersebar luasnya penyakit ini. Akhir-akhir ini penyakit hawar daun bakteri dilaporkan telah terdapat di negara-negara yang mewakili hampir seluruh benua, misalnya Bangladesh, India, Korea Malaysia, Filipina, Cina, Taiwan dan Vietnam. Penyakit ini bahkan telah dilaporkan dari Rusia, Afrika dan Amerika Latin (Suparyono dan Sudir, 1993).
Penyakit hawar daun bakteri ( HDB) menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar.  Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari (pesemaian atau yang baru dipindah), Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati, mirip tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas (lodoh). Sementara hawar  merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada pertanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan. Gejala diawali dengan timbulnya bercak abu-abu (kekuningan) umumnya pada tepi daun. Dalam perkembangannya gejala akan meluas, membentuk hawar (blight), dan akhirnya daun mengering (Ou, 1985).
Penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu; (i) gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka; (ii) gejala hawar; (iii) Gejala daun kuning pucat.
Menurut Amir (1988), pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini, gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun, bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai mengering. Pada pagi hari atau cuaca lembab, eksudat bakteri sering keluar ke permukaan bercak berupa cairan berwarna kuning menempel pada permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin, gesekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit hawar daun bakteri, kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Xanthomonas. Ketahanan disebabkan karena; (i) bakteri terhambat penetrasinya; (ii) bakteri tidak dapat meluas secara sistemik; dan (iii) tanaman bereaksi langsung terhadap bakteri, Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Xanthomonas dibantu juga oleh hujan, karena hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi terjadi pada akhir musim hujan, menjelang musim kemarau. Suhu optimum untuk perkembangan Xanthomonas adalah sekitar 30 0C (Amir, 1988).
Penyakit disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Bakteri berbentuk batang, 0,7-2,4 × 0,3-0,45 µm, tunggal atau berpasangan, berkapsula, tidak berspora, bergerak dengan satu bulu cambuk di ujung. Bersifat bervariasi dalam patogenisitasnya, sampai sekarang dikenal 8 kelompok atau patotipe. Bakteri ini terutama terdapat dalam berkas-berkas pembuluh. jika daun yang sakit dipotong dan diletakkan di dalam ruangan yang lembab, dari berkas pembuluhnya akan mengalir lendir kekuningan yang mengandung jutaan bakteri (Msyam dan Suparyono, 2007).

III.  METODE PELAKSANAAN

A.    Waktu dan Tempat
Kegiatan budidaya tanaman padi (Oryza sativa) dengan uji ketahanan galur/varietas pada padi rawa terhadap penyakit hawar daun bakteri dilakukan di dalam Rumah Kaca selama dua setengah bulan mulai dari tanggal 1 April – 10 Juni 2011. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilakukan di Kebun Percobaan Muara Bogor Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di desa Pasir Jaya, kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Barat, Provinsi Jawa Barat. (Sejarah dan sturuktur organisasi Lampiran 1).
B.      Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam budidaya tanaman padi uji ketahanan galur-galur padi rawa terhadap penyakit hawar daun bakteri adalah cawan petridis, gelas ukur, gunting stek, pinset, isolator, lampu Bunsen, tabung reaksi, erlemeyer, corong  kaca,  pot perkecambahan, pot ember, “autoclave”, inkubator, ruang steril, kulkas, injector, mikroskop, jarum ose, kuas bulu pendek, korek api, alat  pengaduk, kompor LPG, saringan, panci, alat penghitung, ajir, kertas bewarna coklat, kertas label, amplop, spidol, dan mistar. Bahan yang digunakan adalah galur padi untuk reaksi terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri, dan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri, kentang, agar, Natrium hydrogen phospat -12-, Calcium nitrat -4-hydrat, bacto pepton, sukrosa, aquades, alkohol dan HgCl21 1%.
C.   Pelaksanaan
Galur/varietas yang diuji di dalam rumah kaca untuk mendapatkan varietas/galur yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri terdiri dari 4 varietas dan 2 galur murni. Penanaman dilakukan di dalam pot berdiameter 19 cm dan tinggi 19 cm.
1. Pengadaan Benih
Benih yang digunakan adalah galur/varietas B13134-3-MR-1-KY-11, TDK-1-Sub 1, IR42, 1R64, Ciherang, dan Inpara 5. Kebutuhan benih yaitu 10 gram/varietas.
2. Media tanam
Media tanam yang dipergunakan harus cukup mengandung unsur  hara tanah. Tanah terlebih dahulu diolah yaitu dengan cara menghaluskan dan kemudian diayak. Selanjutnya menyiapkan pot ember untuk penanaman galur-galur dan varietas yang tahan. Kemudian tanah olahan dimasukkan kedalam pot ember ditimbang untuk menentukan banyaknya pupuk yang diberikan menurut dosis yang telah ditentukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, TSP, dan KCl. Dengan dosis Urea 67 kg /ha, TSP 100 kg /ha, dan KCl 100 kg /ha
3.  Pembuatan Medium Potato Sourose Agar (PSA) Untuk Biakan Bakteri
a.       Pembuatan medium potato sourose agar (PSA)
      Siapkan 300 gr kentang yang telah dikupas, dicuci bersih, dan dipotong sebesar dadu, direbus dalam 1 liter aquades hingga kentang empuk. Kemudian air rebusan kentang disaring, dicampur dengan 25 gr agar, 2 gr Natrium hydrogen phospat -12- , 0,5 gr Calcium nitrat -4-hydrat, 5 gr bacto pepton, 15 gr sukrosa, dan 1000 ml aquades.  kemudian dimasak hingga mendidih aduk sampai merata, ukur pH larutan berkisar antara 6,8 – 7. Selanjutnya siapkan tabung reaksi kemudian dituangkan  kedalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 10 cc, tutup dengan kapas sampai rapat, sisa larutan dimasukkan kedalam tabung erlemeyer dengan menggunakan corong kaca. Mulut erlemeyer ditutup dengan kertas aluminium foil serta dilapisi dengan kertas dan diikat dengan karet gelang. Gelas erlemeyer dimasukkan kedalam keranjang kawat dan di “autoclave” selama 30 menit dengan temperature 125o C.  setelah 30 menit “autoclave ” akan mati otomatis dan tutupnya dibuka setelah jarum “autoclave” menunjukkan angka 0. PSA yang dingin (tidak sampai beku) dituangkan kedalam cawan petri kurang lebih 5 ml didalam ruang steril dengan menggunakan injektor.
       
    Gambar 2.  Pembuatan media (PSA)                     Gambar 3.  Media (PSA)







b.      Isolasi bakteri
Tuangkan larutan medium PSA ke dalam kotak isolasi sampai uapnya hilang, tuangkan alkohol 70%, HgCl 1 % dan air destilasi ke dalam masing-masing Petridis yang berukuran kecil untuk perendaman. Gunting daun tanaman sakit, bagian daun yang terinfeksi, lalu rendam dalam air, kemudian dibiarkan beberapa menit sampai airnya keruh. Ambil air dengan jarum ose, kemudian goreskan pada media agar miring, simpan dalam inkubator, setelah itu biarkan 2-3 hari kemudian lihat hasilnya.
4.  Persemaian
Benih padi disemaikan pada media kering yang dilakukan di dalam rumah kaca. Persemaian kering dibuat dengan cara menghaluskan tanah kemudian tanah yang sudah dihaluskan dimasukkan kedalam bak perkecambahan setelah itu tanah disiram dengan air yang sudah dicampurkan dengan pupuk Urea sebanyak 5 gr untuk 10/l air sampai media persemaian dalam keadaan lembab. Benih padi ditebar di atas media persemaian secara merata kemudian  ditutup 1 cm dengan tanah.
5.  Penanaman tanaman padi di rumah kaca
Bibit  ditanam dalam pot plastik berdiameter 16 cm dan tinggi 19 cm yang berisi tanah ayakan 25 kg. Tiap pot ditanami 3 bibit padi dengan ketentuan 1 rumpun perlobang tanam dengan galur-galur yang berbeda serta varietas yang berbeda, setiap 2-3 hari sekali air dalam pot ditambah hingga tanaman selalu tergenangi dengan tinggi air di dalam pot ± 5-10 cm. 


6.  Pemeliharaan
a.       Penyiangan
Penyiangan bertujuan agar tanaman padi dapat tumbuh dengan sempurna sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam dan 42 hari setelah tanam dengan mencabut gulma yang tumbuh kemudian dibenamkan di antara rumpun padi sehingga dapat menjadi sumber hara bagi tanah dan tanaman. Penyiangan dapat dilihat pada Lampiran 3.
b.      Pemupukan
            Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pemupukan dasar dilakukan dengan menaburkan pupuk Urea kedalam pot dengan dosis 67 kg Urea/ha, 100 kg TSP/ha, dan 100 kg KCl/ha, sedangkan pemupukan susulan kedua dilakukan pada tanaman saat berumur 4 minggu setelah tanam dengan dosis 2 gr Urea, 2 gr TSP, dan 2 gr KCl untuk setiap 25 kg tanah.
c.       Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit dikendalikan secara kimiawi yaitu menyemprotkan insektisida yang dilakukan saat terlihat hama walang sangit di dalam rumah kaca, (Lampiran 4).
      d.   Penyiraman
Penyiraman dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah di rumah kaca agar tanaman tidak menjadi layu, (Lampiran 4).   


7. Inokulasi
Inokulasi buatan terhadap penyakit  HDB dilakukan sebelum tanaman mengeluarkan malai saat stadia dewasa yaitu pada umur 60 hari setelah tanam (Gambar 4). Dengan cara menggunting ujung daun (Clipping method). Jumlah tanaman yang digunting 5 rumpun setiap galur/varietas. Setelah itu tanaman padi yang telah diinokulasi ditempatkan pada lantai yang lembab di dalam rumah kaca.


Gambar 4.  Tanaman saat diinokulasi penyakit hawar daun bakteri
8.      Panen dan pasca panen
Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah memenuhi syarat untuk dipanen. Adapun syarat padi yang sudah bisa dipanen yaitu telah menguning di atas 90% atau telah cukup umur dan tangkainya sudah menunduk. Untuk memastikan padi yang sudah siap dipanen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila butirnya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen. Padi dipanen dengan menggunakan sabit dan batang disisakan 5-10 cm di atas permukaan tanah. Setelah pemanenan, gabah harus segera dirontokkan dari malainya.
9. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada tanaman padi rawa adalah gejala serangan penyakit hawar daun bakteri, pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil. Parameter yang diamati adalah:
1.      Intensitas serangan penyakit hawar daun bakteri
Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati pengaruh serangan pathogen hawar daun bakteri melalui lnokulasi pada tanaman dewasa. Pengamatan dilakukan 15 hari  setelah selesai inokulasi pada tanaman padi rawa, cara pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang penyakit, panjang daun, dan luas daun. Kemudian tingkat gejala serangan penyakit HDB di cari, dengan menggunakan rumus:
I = Luas Serangan Penyakit
Ketetapan luas daun = 0,7
Untuk menentukan tingkat ketahanan galur/varietas terhadap serangan penyakit HDB dilihat kriteria berdasarkan persentase serangan HDB (Tabel 2).


Tabel 2:  Kriteria penyakit
Skala
Luas serangan
Tingkat ketahanan galur/varietas
1
0 -     3%
Tahan
2
4 -     6%
Tahan
3
7 -    12%
Agak tahan
4
13 -  25%
Agak tahan
5
26 -  50%
Agak rentan
6
51 -  75%
Agak rentan
7
76 -  87%
Rentan
8
88 -  94%
Rentan
9
95 - 100%
Sangat rentan

2.      Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diamati pada umur 56 HST dari 3 rumpun sampel tanaman.
3.      Jumlah anakan
Jumlah anakan tanaman diamati pada umur 56 HST dari 3 rumpun sampel tanaman.
4.      Jumlah malai/rumpun
Diamati saat tanaman berumur 56 HST dengan cara menghitung rata-rata jumlah malai yang muncul dalam satu rumpun padi dari 3 rumpun sampel tanaman.
5.      Rata-rata jumlah gabah bernas/malai diamati dengan menghitung jumlah gabah pada setiap malai tanaman sampel.
5        Berat 1000 butir diamati dengan menimbang 1000 butir gabah bernas.
6        Produksi per hektar berdasarkan komponen hasil yang diamati dengan rumus


IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL
1.      Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan
Hasil pengamatan vegetatif tanaman (Tinggi tanaman dan jumlah anakan) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 : Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan padi rawa pada umur 56 hari  setelah tanam.
Perlakuan galur/varietas
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah anakan
B13134-3-MR-1-KY-11
85
11
TDK-1-Sub 1
84
10
IR42
79
8
1R64
83
9
Ciherang
79
7
Inpara 5
84
6

Tinggi dan jumlah anakan masing-masing galur/varietas berbeda (Tabel 3). Dimana galur yang paling tinggi dan jumlah anakan yang paling banyak adalah galur B13134-3-MR-1-KY-11, sedangkan  yang terendah  pada varietas Ciherang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram gambar 5 dan 6.
Gambar 5 : Histogram rata-rata tinggi tanaman padi rawa umur 56 hari setelah tanam.

Gambar 6 : Histogram rata-rata jumlah anakan padi rawa umur 56 hari setelah tanam.



2.      Produksi komponen dan Produksi
Pengamatan hasil panen padi rawa (jumlah malai/rumpun, jumlah gabah bernas/malai, berat 1000 butir, produksi ton/ha). Dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 : Pengamatan Produksi komponen dan produksi tanaman padi rawa.
Galur/ varietas
Jumlah malai/
rumpun
Jumlah gabah/malai
Jumlah gabah bernas/Malai (%)
Jumlah gabah hampa/
malai (%)
Berat 1000 butir (gram)
Produksi pot/ (gram)
Produksi ton/ha
B13134-3-MR-1-KY-11
11
113
84
15,9
30
31,3
7,8
TDK-1-Sub 1
10
115
80
20
29
26,6
6,6
IR42
8
143
77,6
22,3
21
18,6
4,6
1R64
9
140
80,7
19,2
22
22,3
5,5
Ciherang
7
161
76,3
23,6
26
22,3
5,5
Inpara 5
6
147
77,5
22,4
23
15,7
3,9

Pada Tabel 4 terlihat bahwa hasil produksi dari galur lebih tinggi dibanding dengan varietas yaitu jumlah gabah bernas/malai pada galur B13134-3-MR-1-KY-11 adalah 95 dengan hasil produksi 7,8 ton/ha, dan jumlah gabah bernas/malai TDK-1-Sub 1 adalah 92 dengan hasil produksi 6,6 ton/ha, sedangkan jumlah gabah bernas/malai pada varietas IR42 adalah 111, dengan hasil produksi 4,6 ton/ha, varietas 1R64 113 dengan hasil produksi 5,5 ton/ha, varietas Ciherang 123 hasil produksi 5,5 ton/ha, dan Inpara 5 114 dengan hasil produksi 3,9 ton/ha.


3.      Tingkat serangan penyakit
  Hasil pengamatan terhadap tingkat serangan penyakit dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 : Reaksi ketahanan 6 galur/varietas terhadap bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.
Perlakuan Galur/Varietas
Tingkat (%) serangan penyakit
Kriteria penyakit
B13134-3-MR-1-KY-11
18.23
AT
TDK 1-Sub 1
24.75
AT
IR42
33.61
AR
IR64
40.7
AR
CIHERANG
54.07
AR
INPARA 5
42.71
AR


B.     PEMBAHASAN
Tinggi tanaman yang diperoleh pada percobaan lebih rendah jika dibandingkan dengan deskripsi. Terjadinya perbedaan ini diduga disebabkan pengamatan dilakukan selama kegiatan PKPM bertepatan dengan musim panas dengan intensitas radiasi yang tinggi. Kondisi iklim berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Saat musim panas, umur tanaman lebih pendek, jumlah anakan lebih banyak dan tinggi tanaman berkurang. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di dalam rumah kaca tinggi tanaman antara galur/varietas berbeda-beda karena tingkat pertumbuhan dan ketahanan terhadap serangan penyakit juga dapat mengurangi pertumbuhan tinggi tanaman.
Hasil pengamatan jumlah anakan tanaman padi rawa pada galur lebih banyak bila dibandingkan dengan varietas. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan reaksi ketahanan terhadap penyakit HDB serta lingkungan pertumbuhan yang dapat mengurangi jumlah anakan yang di dapatkan.
Dalam melakukan budidaya padi rawa dengan berbagai uji ketahanan galur/varietas di dalam rumah kaca tinggi tanaman dan jumlah anakannya dapat berkurang karena penanaman dilakukan dalam pot pada kondisi rawa (tergenang terus-menerus) hal ini dapat menyebabkan ruang tumbuh, sistem perakaran, terutama pembentukan jumlah anakan terhambat sehingga dapat mengurangi jumlah anakan.
Cahaya merupakan salah satu faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, pada umumnya laju pertumbuhan tanaman akan meningkat dengan makin tinggi intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman, efesiensi tersebut dipengaruhi antara lain oleh; (i) bentuk tajuk dan daun yang erat kaitannya dengan varietas tanaman; (ii) indeks luas daun, kandungan klorofil dan air daun; (iii) suhu udara status air dan hara tanaman. Bagi tumbuhan yang berklorofil cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan, yang akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Menurut Tjasyono HK. B, (2004), radiasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang mempunyai hijau daun, karena tinggi tanaman dipengaruhi oleh tersedianya sinar matahari. Peningkatan cahaya matahari dapat meningkatkan laju fotosintesis selain itu dapat mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman.
Pengaruh air pada jumlah anakan padi rawa adalah jika air selalu dalam keadaan tergenang maka jumlah anakan padi rawa akan berkurang karena kandungan unsur yang larut di dalam yaitu unsur mikro (Mn) yang dapat mengikat akar tanaman sehingga tidak dapat menyerap yang dapat mengurangi terjadinya pembentukan pada jumlah anakan (Tan, 1982).
Dari pengamatan produksi tanaman padi rawa di ketahui bahwa 2 jenis galur yang diuji (B13134-3-MR-1-KY-11, TDK 1-Sub 1) lebih tinggi produksinya dari 4 varietas yang diuji (IR42, IR64, Ciherang, Inpara 5). Hal ini diduga disebabkan pengaruh dari pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan) galur lebih bagus dari pada varietas.
Pertumbuhan vegetatif dapat mempengaruhi hasil produksi pada tanaman padi, dengan adanya pertumbuhan tinggi tanaman yang normal, besarnya jumlah rumpun dan banyaknya jumlah anakan maka produksi yang didapatkan akan lebih tinggi, jika pertumbuhan tanaman di bawah normal produksi padi rawa akan rendah (Semangun, 2004).
 Tingginya produksi pada galur yang diuji juga disebabkan oleh reaksi ketahanan galur terhadap serangan penyakit HDB, dengan kriteria (agak tahan) jika dibandingkan dengan varietas yang diuji (agak rentan). Dari hasil pengamatan tingkat serangan penyakit pada galur 18,23 – 24,75 % sedangkan pada varietas 33,61 -54,07 %.
Rendahnya produksi pada varietas yang diuji disebabkan daun yang terinfeksi penyakit lebih tinggi sehingga banyak daun yang tidak dapat berfotosintesa secara optimum sehingga hasil produksi berkurang. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati (Amir, 1988).
Serangan penyakit hawar daun bakteri dapat menurunkan produksi padi rawa. Hasil padi rata-rata 3,3 ton/ha, padahal hasil padi yang biasa dicapai 5,6 ton/ha. Senjang hasil tersebut disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6%  (Oerke et al, 1994).  Di Indonesia potensi hasil varietas padi yang dilepas berkisar 5-9 ton/ha (Suprihanto dkk,2006), sementara hasil nasional baru mencapai rata-rata 4,32 ton/ha (BPS, 2001).
Galur mempunyai reaksi yang agak tahan terhadap penyakit HDB, sedangkan varietas mempunyai reaksi agak rentan (Tabel 5). Dalam usaha menciptakan varietas yang tahan diperlukan banyak keterangan tentang susunan genetik yang mengendalikan sifat tahan tersebut, dan bagaimana sifat tahan tersebut dapat diwariskan kepada keturunanya, disamping itu perlu diketahui interaksi dari masing-masing strain Xanthomonas campestris pv oryzae dengan tanaman padi sebagai inang utamanya, hal ini dapat dipengaruhi kondisi fisiologi tanaman tersebut maupun sifat-sifat fisiologis isolat bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.
Ketahanan terhadap HDB dapat disebabkan oleh satu gen yang dominan (Nishimura dalam ogawa, 1998). Watanabe (1997) melaporkan bahwa ketahanan moderat dari beberapa varietas padi dikendalikan oleh poligen, disamping itu juga tanaman menjadi tahan oleh karena tanaman tersebut menghasilkan fitoaleksin sebagai interaksi inang parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri. Fitoaleksin ini diproduksi dari mekanisme ketahanan penyakit secara alami pada tanaman. varietas padi dapat disebabkan oleh tingginya kandungan asam amino dan rendahnya kandungan polypherol dan gula reduksi.
Salah satu kondisi fisiologi tanaman yang berpengaruh ialah adanya pori-pori tempat keluar masuknya air pada hidatoda yang terdapat di permukaan daun sampai pinggiran daun. Pada tanaman muda pori-pori dan hidatoda pada permukaan daun, belum terbentuk dengan sempurna sehingga serangan bakteri masih dapat ditahan. Hal ini dapat disesuaikan dengan apa yang dinyatakan Ou (1985) bahwa bakteri akan masuk melalui pori-pori dan berkembang dalam jaringan epitema, lalu menyerang sistem pembuluh dan meninggalkan endapan bakteri di luar, sehingga menutupi pori-pori daun. Jumlah hidatoda berbeda-beda pada setiap varietas tergantung dari umur daun dan permukaan daun, tetapi pada varietas yang rentan sering banyak ditemukan, disamping itu sifat-sifat fisiologis isolat-isolat bakteri dari Xanthomonas campestris pv oryzae juga dapat di pertimbangkan misalnya ada kandungan gelatin.










V.  KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
            Dari hasil Laporan Tugas Ahir  (LTA) uji ketahan galur/varietas pada padi rawa terhadap penyakit hawar daun bakteri di Kebun Percobaan Muara Bogor, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa :
1.         Respon galur B13134-3-MR-1-KY-11, dan TDK 1-Sub 1 mempunyai reaksi yang agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB). Sedangkan varietas yang diuji mempunyai reaksi yang agak rentan.
2.        Galur yang diuji mempunyai pertumbuhan vegetatif dan produksi yang tinggi dibanding varietas yang diuji.
3.        Galur B13134-3-MR-1-KY-11, dan TDK 1-Sub 1 merupakan galur yang agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) dan mempunyai produksi yang lebih tinggi yaitu 7,8 ton/ha lebih tinggi dari produksi nasional rata-rata 4,32 ton/ha.
B.       Saran
Berdasarkan produksi yang dihasilkan dapat disarankan kepada petani penggunaan galur/varietas yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan usaha yang baik untuk membatasi serangan pathogen, dan dengan menggunakan galur/varietas yang tahan terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai produksi hasil yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, agus. 2010. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.Cet 8.

Aak. 1992. Budidaya Tanaman Padi. Yayasan Kanisus, Yogyakarta. h. 15-37.

Amir, M. 1988. Penyakit Cendawan Pada Padi Serta Usaha Pengendaliannya. Dalam: Pertemuan Penyempurnaan Buku Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu. Direktorat perlindungan tanaman pangan, Jakarta. h. 2.

Anwar K. dan Partohardjono. 1986. Respon Varietas Galur Harapan Padi Sawah Terhadap Pemupukan Nitrogen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Anty, K. dan Yulensri. 2003. Buku Ajar Teknologi Produksi Tanaman Serealia. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Badan Pusat Statistik, 2009. Sebaran Wilayah Produksi padi di Indonesia. http://www.bappenas.go.id/node/138/342/sebaran-wilayah-produksi-padi-di-indonesia/ .25 mei  2011.

Badan Litbang, BPTP Jawa Barat. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Hal 15.

BPS. 2001. Statistik Indonesia 2001. Jakarta.

Bayhaqi.2011.Pekan Padi Rawa Nasional.http:// Bayhaqi2011. Wordpress .com /2011 /05/23/pekan-padi-rawa-nasional/#responden Diakses 15 Mei 2011.                                       
Deradjat, A.A., Suwarno, B. Abdullah, Tj. Soewito, B.P. Ismail dan Simanullang. 2001. Status Penelitian Pemuliaan Padi untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan Masa Depan. Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman 2001. Evaluasi Kerusakan Tanaman karena Organisme Penggangu Tahun 1995-1999. Jakarta
Departemen Pertanian, Satuan Pengendali Bimas. 1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayur-sayuran. Departemen Pertanian, Jakarta.
Hirupbagja. 2009. Budidaya Tanaman/Morfologi Tanaman Padi. html. Blogspot.Com.

Hartini, R.H. 1986. Kelompok baru Bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae pada varietaas padi. Penelitian pertanian 6(2):74-76
Kadir, S.T. Agus.G dan A.Ruskandar. 2007. Budidaya Padi Hemat Air Metode SRI dan PTT Dala Rangka Peningkatan produktivitas. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.
Marizal, Surya. 1995. Peranan Sinar Matahari Terhadap Proses Fotosintesis Tanaman Padi. Politeknik Pertanian Unand. Payakumbuh.

Msyam dan Suparyono. 2007. Penyakit Hawar Bakteri .http://www.knowledge bank.irri.org/regionalsites/indonesia/PDF%20files/HDB_BW.pdf. Diakses 15 Mei 2011.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1979. Tanah Estuarin (Watak, Sifat, Kelakuan, Dan
Kesuburannya). Ghalia Indonesia. Jakarta.

Ogawa, 1998. Bacterial leaf blight  in Sciance og the rice plan, National Agriculture Research Center, Japan

Oerke, E.C.et al. 1994. Crop production and Crop Protection. Estimated Losses in Major Food and Cash Crops. In global Yield Loss. Economic Impac. Crop   Protection Compendium. CAB. 2001 edition.

Ou,S. H. 1985. Rice Disiase. Second Edition. Common Wealth Mycological Institute. Kew, Surrey, England. P. 109-201.

Rismundar. 1986. Penyakit Tanaman Pangan dan Pembasmiannya Edisi Dua. Sinar Baru, Bandung. h. 43.

Samaullah. Y, Sasmita. P. 2008. Pelatihan Tot Sl-Ptt Padi Nasional. Balai Besar Penelitian Tanaman Pangan. Sukamandi.

Suprihatno B, dkk. 2006. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi. 78 p.
Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 1988. Budidaya Tanaman Padi di Lahan Rawa Pasang Surut. Bina Aksara. Jakarta.

Suparyono dan sudir. 1993. Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Berbagai Stadia Tumbuh Tanaman dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Padi. Media Penelitian Sukamandi.

Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan Penting di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tjasyono, HK Bayong. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung. Edisi ke-2. Hal 188.

Tan, K, H. 1982. Principles Of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York and Basel.

Lampiran 1.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Kebun percobaan muara merupakan unit penelitian di bawah BB Padi yang berada di Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Kebun percobaan muara terletak di desa Pasir Jaya, kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Didirikan sejak zaman Belanda tahun 1920. Luas lahan areal 40 ha, luas untuk penelitian/percobaan yang ditanami 29 ha, dan selebihnya bagunan, perkarangan dan jalan. Jenis tanah dikebun percobaan ini adalah regosol dan latosol dengan ketinggian tempat adalah 260 dpl. Status kebun percobaan ini sampai sekarang masih tempat penelitian.
Kebun percobaan muara berada di bawah BB Padi Sukamandi yang merupakan unit atau penelitian tanaman serealea diseluruh Indonesia. Kemudian berdasar SK Mentan No. 796/Kpts/OT.210/12/94 Balittan Sukamandi berubah tugas dan fungsi menjadi institusi penelitian yang khusus menangani komoditas padi dan bernama BALITPA, pada 1994. BALITPA mengembang tugas utama melakukan penelitian untuk menghasilkan ilmu dan teknologi padi yang mampu meningkatkan produksi dan ketersediaan padi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 12/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 organisasi dan tata kerja BALITPA berubah menjadi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) sampai sekarang. 
Misi dan tujuan didirikannya kebun percobaan muara bogor ini adalah untuk melaksanakan penelitian tanaman padi yang hasil penelitian menghasilkan varietas-varietas unggul baru untuk disebar keseluruh Indonesia.
Struktur Organisasi KP Muara



























Lampiran 2.
Gambar 5.  Persiapan bibit untuk penanaman galur/varietas di rumah kaca
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Gambar 6.  Pemeliharaan tanaman pada padi rawa (pencabutan gulma)

    
Lampiran 4.
Gambar 7. Pemeliharaan pada tanaman padi rawa penyiraman dan penyemprotan pestisida
       


Lampiran 5.
Gambar 8. Pengamatan tinggi tanaman


Lampiran 6.
Gambar 9.  Pengamatan penyakit pada tanaman padi rawa yang sudah diinokulasi
         
Lampiran 7.

Gambar 10.  Tanaman padi rawa di dalam rumah kaca



Lampiran 8.
Deskripsi Varietas Padi IR42
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
IR2071-586-5-6-3-4
IR2042/CR94-13
Cere
135 – 145 hari
Tegak
90 – 105 cm
20 – 25 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau tua
Kasar
Tegak
Tegak
Ramping
Kuning bersih, ujung gabah sewarna
Sedang
Tahan
Pera
27%
58
23 g
5,0 t/ha
7,0 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama
:
Tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2 Rentan wereng coklat biotipe 3
Penyakit
:
Tahan terhadap hawar daun bakteri, virus tungro dan kerdil rumput Rentan terhadap hawar pelepah daun Toleran terhadap tanah masam
Anjuran tanam
:
Baik ditanam di lahan sawah irigasi, pasang surut dan rawa
Pemulia
:
Introduksi dari IRRI
Dilepas tahun
:
1980








Lampiran 9.

Deskripsi Varietas Padi IR64
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
IR18348-36-3-3
IR5657/IR2061
Cere
110 – 120 hari
Tegak
115 – 126 cm
20 – 35 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau
Kasar
Tegak
Tegak
Ramping, panjang
Kuning bersih
Tahan
Tahan
Pulen
23%
70
24,1 g
5,0 t/ha
6,0 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama
:
Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3
Penyakit
:
Agak tahan hawar daun bakteri strain IV Tahan virus kerdil rumput
Anjuran tanam
:
Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai sedang
Pemulia
:
Introduksi dari IRRI
Dilepas tahun
:
1986









Lampiran 10.
Deskripsi Varietas Padi Ciherang

Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
S3383-1D-PN-41-3-1
IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
Cere
116 – 125 hari
Tegak
107 – 115 cm
14 – 17 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau
Kasar pada sebelah bawah
Tegak
Tegak
Panjang ramping
Kuning bersih
Sedang
Sedang
Pulen
23%
54,9
28 g
6,0 t/ha
8,5 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama
:
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3
Penyakit
:
Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV
Anjuran tanam
:
Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl.
Pemulia
:
Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat
Alasan utama dilepas
:
Lebih tahan HDB dibanding IR64, produktivitas tinggi, mutu dan rasa nasi setara IR64, indeks glikemik rendah
Dilepas tahun
:
2000



Lampiran 11.
Deskripsi Varietas Padi Inpara 5
Nomor seleksi
:
IR07F101
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Leher malai
Bentuk gabah
Warna gabah
Jumlah gabah per malai
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Berat 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Introduksi dari IRRI
Cere
115 hari
Tegak
92 cm
18 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Hijau
Kasar
Tegak
Sedang
Ramping
Kuning
102 butir
Sedang
Sedang
Sedang
25 %
25 g
4,45 t/ha
7,2 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama
:
Agak tahan WCK Biotipe 3
Penyakit
:
Tahan terhadap HDB strain IV dan VIII
Cekaman
:
Toleran terendam selama 14 hari pada fase vegetatif
Anjuran tanam
:
Baik ditanam di daerah rawa lebak dangkal dan sawah rawan banjir
Pemulia
:
D.J. Mackill, A.M. Pamplona (IRRI), Aris Hairmansis, Bambang Kustianto, Supartopo, dan Suwarno
Peneliti
:
R. Maghirang, A. M. Ismail, S. Heuer B.C.Y. Collard, E.M. Septiningsih, G. Vergara, D. Sanchez, C.N. Neeraja (IRRI), Hamdan Pane, Made Oka Adnyana, Karim Makarim, Hasil Sembiring, Nafisah, Widyantoro
Teknisi
:
Sail Hanafi, M. Syarif, Basarudin N., Maulana, Panca Hadi Siwi, Erna Herlina, dan Oma.
Pengusul
Alasan utama dilepas Dilepas tahun
:
:
:
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Hasil tinggi dan toleran rendaman
 2009