UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas compestris pv. oryzae)
DI KEBUN PERCOBAAN
MUARA BOGOR
Laporan Tugas Akhir
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
Oleh
NENENG PURWATI
NBP. 0801121003
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2011
UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN
BAKTERI (Xanthomonas compestris pv. oryzae) DI KEBUN PERCOBAAN MUARA
BOGOR
Oleh : NENENG PURWATI
(Di Bawah Bimbingan Ir. Yulensri, M.Si)
RINGKASAN
Padi (Oryza sativa L.) merupakan
komoditas tanaman pangan yang mempunyai fungsi penting dalam pembangunan
pertanian, karena merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Padi adalah salah satu bahan
makanan yang mengandung sumber energi yang cukup tinggi, karena tanaman padi kaya akan karbohidrat, serta
bahan yang terkandung di dalamnya mudah terurai menjadi energi.
Strategi
yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah turunnya produksi padi diantaranya
adalah intensifikasi pertanian yang meliputi penggunaan varietas unggul yang
responsif terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae,
pemupukan, teknik bercocok tanam yang baik, perbaikan pengairan, pengaturan dan
pemberian air, pengendalian hama dan phatogen tanaman. Selain untuk
meningkatkan produksi pertanian, juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan
petani
Hasil
pengamatan produksi tanaman padi rawa di ketahui bahwa 2 jenis galur yang diuji
(B13134-3-MR-1-KY-11, TDK 1-Sub 1) lebih
tinggi produksinya dari 4 varietas yang diuji (IR42, IR64,
Ciherang, Inpara 5). Hal ini diduga disebabkan pengaruh dari pertumbuhan
vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan) galur lebih bagus dari pada
varietas.
Tingginya produksi pada galur yang diuji juga disebabkan
oleh reaksi ketahanan galur terhadap serangan penyakit HDB, dengan kriteria
(agak tahan) jika dibandingkan dengan varietas yang diuji (agak rentan). Dari
hasil pengamatan tingkat serangan penyakit pada galur 18,23 – 24,75 % sedangkan
pada varietas 33,61 -54,07 %.
Serangan penyakit hawar daun bakteri dapat menurunkan
produksi padi rawa. Hasil padi rata-rata 3,3 ton/ha, padahal hasil padi yang
biasa dicapai 5,6 ton/ha. Senjang hasil tersebut disebabkan oleh penyakit
sebesar 12,6%. Di Indonesia potensi hasil varietas padi yang dilepas berkisar
5-9 ton/ha , sementara hasil nasional baru mencapai rata-rata 4,32 ton/ha.
Galur mempunyai reaksi yang agak tahan terhadap penyakit
HDB, sedangkan varietas mempunyai reaksi agak rentan. Dalam usaha menciptakan
varietas yang tahan diperlukan banyaknya keterangan tentang susunan genetik
yang mengendalikan sifat tahan tersebut, dan bagaimana sifat tahan tersebut
dapat diwariskan kepada keturunanya, disamping itu perlu diketahui interaksi
dari masing-masing strain Xanthomonas
campestris pv oryzae dengan tanaman padi sebagai inang utamanya, hal ini
dapat dipengaruhi kondisi fisiologi tanaman tersebut maupun sifat-sifat
fisiologis isolat bakteri Xanthomonas
campestris pv oryzae.
Laporan Tugas Akhir
UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas compestris pv. oryzae)
DI KEBUN PERCOBAAN
MUARA BOGOR
Disusun Oleh :
NENENG PURWATI
NBP. 0801121003
Laporan ini merupakan sebagai persyaratan
Untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III
Pada
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2011
Laporan Tugas Akhir
UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas compestris pv. oryzae)
DI KEBUN PERCOBAAN
MUARA BOGOR
Disusun Oleh :
NENENG PURWATI
NBP. 0801121003
Menyetujui :
Ketua Program Studi Dosen
Pembimbing
Budidaya Tanaman Pangan
Ir. Anidarfi, MP
Ir. Yulensri, M.Si
Nip.19630801198902001 NIP. 196312171989102001
Mengetahui,
Direktur Politeknik Pertanian Ketua Jurusan
Universitas
Andalas Budidaya
Tanaman Pangan
Ir. Deni Sorel, M.Si Ir. Setya Dharma, M.Si
NIP. 19600416198031002 NIP.196010061978031003
Laporan Tugas Akhir
UJI KETAHANAN GALUR/ VARIETAS PADI RAWA (Oryza sativa L.) TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas compestris pv. oryzae)
DI KEBUN PERCOBAAN
MUARA BOGOR
Disusun Oleh :
Neneng Purwati
NBP. 0801121003
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Unand Pada Tanggal
14 Juli 2011
TIM PENGUJI
No.
|
Nama
|
Jabatan
|
Tanda Tangan
|
1.
|
Ir. Surya
Marizal, M.Si
|
Ketua
|
|
2.
|
Ir.Anidarfi,
MP
|
Anggota
|
|
3.
|
Ir. Yulensri, M.Si
|
Anggota
|
|
Bukanlah suatu aib jika kamu
gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari
kegagalan itu
(Ali bin Abu Thalib)
Orang yang paling menyakitkan
siksanya di hari kiamat adalah orang yang punya ilmu tapi Allah tidak
mengizinkan memanfaatkan ilmunya (al-hadist)
Allah itu Maha Kasih Sayang
Allah Maha Adil dan Maha Penerima Taubat. Allah tidak pernah dan tidak
akan pernah berlaku dzalim, Allah juga bukan pendendam. Allah senang kepada
hamba-hambaNya yang tidak pernah putus asa untuk memperoleh rahmat dan
hidayahNya. Allah senang kepada mereka yang senantiasa punya harapan untuk
hidup yang lebih baik dimasa yang akan datang.
TUHAN,,,,,,,,
Ampunilah hamba yang hina dan penuh dosa ini
Do’aku pada Mu ya Allah,,,,
Tengadah aku menanti rido Mu dan lindungan Mu dalam perjalanan ku ini.
Semoga perlindungan Mu meridoiku
Amiiiiiin
Syukur
bagi saya amatlah sederhana kupersembahkan buat orang tua terinta serta
seseorang yang selalu ada di hati nda’
Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang
merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali bin Abu
Thalib)
Ku persembahkan
karya kecil ku ini untuk:
Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat serta ilmu yang t’lah ku miliki... Ya Allah
ridhoi dan kuatkanlah hati hamba untuk slalu bersujud kepada Mu.. Untuk mu sang
idola umat “Nabi Muhammad SAW” yang telah memberi kecerahan dan kesejukan dunia
di dalam islam yang aku miliki.
Ayahanda
dan ibunda tercinta, kupersembahkan karya kecil buah pemikiranku,
sebagai wujud bakti dan cinta ku padamu. Ku sadari, semua ini tak sanggup
membalas semua jerih paya mu untuk mendidik dan merawat buah hatimu agar
menjadi insan yang berguna. Ku mengerti betapa beratnya perjuan9an mu untuk
kami buah hati mu.., hanya panjatan doa yang bisa ku lakukan agar engkau selalu
dalam ridho-Nya. Ku berharap karya kecilku ini dapat mengukir secuil senyum di
wajah mu, I LOVE U.
MY BEST FAMILY : kakak(Eka Hermanto,Nova Linda, dan Muhammad Amin) semoga kita tetap
jadi empat serangkai....trim’s tas smua nasehat dan kasih sayangnya...tahun ini
kita perpanjang nama kita, oC..!! Tanks for ALL.
Ku masih merindukan
orang yang kuucintai dan tidak lagi bersama ku,…
tapi aku bersyukur
karena pernah memilikinya….
Perasaan bersyukur itu
akhirnya mengalahkan perasaan kehilangan ku...
Apa yang bisa dilakukan
ketika orang yang kita cintai telah tiada,..
kecuali menghidupkan
mereka kembali dengan mengenang mereka...
Untuk
bunda ir Yulensri, MSi selaku dosen pembimbing yang selama ini telah bersusah
payah membina hingga semua ini bisa Neneng raih. Trimaksih banyak bu, bagi
Neneng kasih sayang ibu tak hanya kasihnya seorang pembimbing, melainkan kasih
sayang bunda kepada anaknya.
I
love U Bunda. Trimakasih kepada 3 orang bapak dan Ibuk yang menyinari ku dengan
sosok seorang yang sangat Qu banggakan. Ketenangan dan jiwa peneliti bapak
(Pkof.
Dr. Ir. Agustamar,MP) m’motifasi Neneng selalu untuk ingin terus
belajar...untuk bapak (Ir.Khazy Anty, MSi) yang selalu berpesan “dimana saja
kita bisa dapat org tua”,.dan
(Dr.
ir Wiwik Hardiningsih. MP) yang selalu memberi saya semangat untuk meraih masa
depan meskipun Neneng pernah putus asa di dalam hal apapun. Neneng kan ingat
selalu.
By
Neneng
Purwati
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa
(PKPM) ini dapat diselesaikan. Laporan
ini berjudul “Uji Ketahanan Galur/Varietas
Padi Rawa (Oryza sativa L.) Terhadap Penyakit Hawar Daun
Bakteri (Xanthomonas compestris pv. oryzae) Di Kebun Percobaan Muara Bogor”
Laporan ini
disusun berdasarkan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Muara Bogor Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB
Padi) di desa Ciapus,
kecamatan Cikaret, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal
1 April hingga 10 Juni 2011.
Selesainya laporan ini, tidak terlepas dari peran serta dan dukungan
moril maupun materil,
semangat, dan bimbingan penulisan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
- Ayahanda
dan Ibunda serta keluarga tercinta yang telah memberikan segalanya kepada
penulis.
- Bapak
Ir. Deni Sorel, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Universitas Andalas.
- Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Katua Jurusan
Budidaya Tanaman Pangan.
- Ibu Ir.
Anidarfi, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Pangan.
- Ibu Ir. Yulensri, M.Si selaku Dosen Pembimbing.
- Ibu Dra Anggiani Nasution selaku Pembimbing Lapang di Kebun Percobaan Muara Bogor Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi.
- Segenap
Staf dan Karyawan Kebun Percobaan Muara Bogor Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi yang
telah membantu dalam memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan.
- Sahabat
dekatku Trirayandi Putra, Meldawati, dan Pembimbing beserta seluruh
teman-teman angkatan 2008 Program Studi Budidaya Tanaman Pangan, seluruh
teman-teman dari Kerinci yang namanya tidak dapat disebutkan sau persatu,
Paman dan Tante serta khususnya buat kekasih ku tercinta yang telah
membantu selesainya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya dengan segala
kerendahan hati penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Tanjung Pati, Juli 2011
NP
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.......................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xiii
I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.
Latar Belakang........................................................................... 1
B.
Tujuan......................................................................................... 4
II. TINJAUAN
PUSTAKA ............................................................... 5
A. Morfologi
Tanaman Padi............................................................ 5
B.
Faktor
Lingkungan..................................................................... 9
C.
Sistem Budidaya Padi Rawa...................................................... 11
D.
Penyakit Hawar Daun Bakteri Xanthomonas campestris pv
oryzae......................................................................................... 12
III. METODE
PELAKSANAAN ...................................................... 15
A.
Waktu dan
Tempat..................................................................... 15
B.
Alat
dan Bahan.......................................................................... 15
C.
Pelaksanaan................................................................................ 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 23
A.
Hasil........................................................................................... 23
B.
Pembahasan................................................................................ 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 32
LAMPIRAN........................................................................................... 34
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data hasil Produksi padi di
beberapa sentra produksi padi................. 2
2. Kriteri penyakit.................................................................................... 22
3. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan padi rawa pada umur
hari setelah tanam............................................................................... 23
4. Pengamatan komponen dan produksi tanaman padi rawa ................... 25
5. Reaksi ketahanan 6 galur/varietas
terhadap bakteri Xanthomonas
campestris pv oryzae............................................................................. 26
DAFTAR
GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi
Padi..................................................................................... 3
2. Pembuatan
Media (PSA)..................................................................... 19
3. Media
(PSA)....................................................................................... 19
4. Tanaman
saat diinokulasi Penyakit Hawar Daun Bakteri................... 22
5. Grafik
Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Rawa...................................... 22
6. Grafik
Rata-rata Jumlah Anakan Padi Sawah..................................... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Keadaan
Umum Perusahaan dan Struktur Organisasi ........................ 34
2. Gambar
Persiapan Bibit untuk Penanaman galur/varietas di Rumah
Kaca..................................................................................................... 36
3. Gambar Pemeliharaan Tanaman pada Padi Rawa
(pencabutan gulma).............................................................................. 36
4. Gambar Pemeliharaan pada tanaman padi rawa
(penyiraman)............ 37
5. Gambar
Pengamatan Tinggi Tanaman................................................. 37
6. Gambar
Pengamatan Penyakit pada Tanaman Padi Rawa
yang
sudah Diinokulasi........................................................................ 38
7. Gambar
Tanaman Padi Rawa di dalam Rumah Kaca.......................... 38
8. Deskripsi Varietas Padi IR42.............................................................. 39
9. Deskripsi Varietas Padi IR64.............................................................. 40
10. Deskripsi Varietas Padi Ciherang........................................................ 41
11. Deskripsi Varietas Padi Inpara 5......................................................... 42
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi (Oryza
sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang mempunyai
fungsi penting dalam pembangunan pertanian, karena merupakan bahan makanan
pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung sumber energi
yang cukup tinggi,
karena tanaman padi kaya
akan karbohidrat, serta bahan yang terkandung di dalamnya mudah
terurai menjadi energi. Kebutuhan beras / kapita pada tahun 1995 mencapai 137, 65 kg/
kapita dan pada tahun 2009 sudah mencapai 148,45 kg/kapita. Seiring
meningkatnya kebutuhan perkapita dan bertambahnya jumlah penduduk maka
kebutuhan beras secara nasional juga akan meningkat dan harus tersedia secara
nasional (Kadir, Agus dan A.Ruskandar 2007).
Padi merupakan tanaman yang
sangat urgens keberadaanya di Indonesia karena beras adalah sumber bahan makanan pokok bagi rakyat bangsa ini dan
bahkan bagi separoh penduduk
Asia. Sekitar
1.750 juta jiwa dari sekitar 3 milyar penduduk Asia, termasuk 200 juta penduduk
Indonesia, menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Sementara di Afrika dan Amerika Latin yang
berpenduduk sekitar 1,2 milyar, 100 juta diantaranya pun hidup dari beras. Di Negara-negara
Asia beras memiliki nilai ekonomis sangat berarti, oleh karena itu padi dapat mempengaruhi kestabilan
politik, ekonomi
dan pertahanan negara,
serta mempengaruhi biaya tenaga kerja dan harga bahan lainnya (Andoko, 2010).
Daerah yang menjadi sentra penghasil padi di Indonesia diantaranya: Jawa
Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Produksi padi di beberapa daerah sentra produksi dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. Data hasil produksi padi di beberapa daerah sentra
produksi padi
No
|
Daerah Sentra Produksi padi
|
Hasil
(ton/ha)
|
1
|
Jawa Barat
|
7,38
|
2
|
Jawa Timur
|
5,98
|
3
|
Sulawesi Selatan
|
6,54
|
4
|
Sumatera Utara
|
6,13
|
5
|
Sumatera Barat
|
4,65
|
Sumber: Badan Pusat Statistik,
(2009)
Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Produksi beras di
Indonesia perlu terus di tingkatkan, agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi
tanpa harus mengimpor dari luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, jumlah penduduk semakin meningkat sementara
itu produksi beras masih belum mampu memenuhi kebutuhan rakyat akibat
penggunaan teknologi pertanian yang tidak tepat guna. Menurut Anwar dan Partohardjono (1986), strategi yang dapat
digunakan dalam mengatasi masalah turunnya produksi padi diantaranya adalah
intensifikasi pertanian yang meliputi penggunaan varietas unggul yang responsif
terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae,
pemupukan, teknik bercocok tanam yang baik, perbaikan pengairan, pengaturan dan
pemberian air, pengendalian hama dan phatogen tanaman. Selain untuk
meningkatkan produksi pertanian, juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan
petani (Rismundar, 1986).
Lahan rawa merupakan salah satu sumber lahan yang potensial untuk dikembangkan
menjadi kawasan pertanian baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.
Potensi lahan rawa yang tersebar di beberapa wilayah seperti Sumatera,
Kalimantan, maupun Papua sangat besar. Permasalahan utama pengembangan lahan
rawa sebagai sentra pengembangan kawasan pertanian yaitu belum optimalnya
pengelolaan sumberdaya yang tersedia. Oleh sebab itu diperlukan
pengamatan dan informasi yang cermat untuk menentukan lokasi prioritas
pengembangan. Berbagai komoditas pertanian pada lahan rawa dapat dikembangkan
dengan memperhatikan aspek fisik/kimia tanah, aspek pola genangan dan aspek
sosial ekonomi (http:// Bayhaqi,
2011).
Peningkatan produksi padi
terus diupayakan untuk mengimbangi kenaikkan konsumsi, karena pertumbuhan
jumlah penduduk masih tinggi. Penyakit adalah salah satu kendala program
peningkatan produksi, akan semakin kompleks akibat perubahan iklim global.
Penyakit padi merupakan salah satu cekaman biotik yang menyebabkan kesenjangan
hasil antara potensi hasil dan menyebabkan produksi tidak stabil. Di Asia
Tenggara hasil padi rata-rata 3,3 ton/ha, padahal hasil padi yang biasa dicapai
5,6 ton/ha. Senjang hasil tersebut disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6% (Oerke et
al, 1994). Di Indonesia potensi
hasil varietas padi yang dilepas berkisar 5-9 ton/ha, sementara hasil nasional
baru mencapai rata-rata 4,32 ton/ha (BPS, 2001).
Penyakit hawar daun
bakteri bacterial leaf blight (BLB) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae.
Penyakit ini di Indonesia tersebar hampir diseluruh daerah pertanaman padi baik
di dataran rendah maupun dataran tinggi dan selalu timbul baik pada musim
kemarau maupun musim hujan. Pada musim hujan biasanya berkembang lebih baik.
Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai
60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan
sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu,
hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan
terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga
menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati (Amir, 1988).
B. Tujuan
Tujuan dari pengujian
galur/varietas ini adalah :
1.
Mengetahui
respon ketahanan beberapa galur/varietas padi rawa terhadap penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas compestris pv oryzae
2.
Mengetahui
hubungan antara
galur/varietas padi rawa terhadap pertumbuhan
dan hasil yang ditanam
3.
Mendapatkan
varietas unggul lokal padi rawa yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit hawar
daun bakteri Xanthomonas campestris pv
oryzae
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Morfologi Tanaman Padi
Padi (Oryza
sativa L.) merupakan
salah satu tanaman pangan jenis rumput-rumputan. Tanaman
padi dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi gogo
yang ditanam dan tumbuh di lahan darat dan padi
sawah yang ditanam pada lahan basah dan memerlukan air tergenang.
Berdasarkan taksonomi tanaman, padi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio
|
: Spermatophyta
|
Sub Divisio
|
|
Kelas
|
: Monokotyledoneae
|
Ordo
|
: Graminales
|
Famili
|
: Gramineae
|
Genus
|
|
Spesies
|
: Oryza sativa L.
|
Sumber : (Satuan
Pengendalian Bimas, 1993).
Secara morfologi tanaman padi termasuk golongan tanaman
setahun atau semusim. Batang berbentuk bulat berongga, dan memanjang seperti
pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang
terdapat pada ujung batang (AAK, 1992). Tanaman padi terdiri dari bagian vegetatif
yang meliputi akar, batang, daun dan bagian generatif meliputi malai yang
terdiri dari bulir-bulir daun bunga (Hirupbagja, 2009).
1.
Bagian vegetatif
Akar
adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat hara dari udara dalam
tanah dan kemudian diangkut kebagian atas tanaman. Akar padi
digolongkan ke dalam akar serabut. Akar primer (radikula) yang tumbuh sewaktu
berkecambah bersama akar seminal yang jumlahnya antara 1-7. Akar-akar seminal
selanjutnya akan digantikan oleh akar sekunder yang tumbuh dari buku terbawah
batang (Badan Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Barat, 2007).
Batang padi
tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang lainnya
dipisah oleh sesuatu buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku.
Batang terdiri dari pelepah-pelepah daun dan ruas-ruas yang tertumpuk padat.
Setelah memasuki stadia reproduktif ruas-ruas tersebut memanjang dan berongga. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek (Badan
Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Barat, 2007).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang
dalam susunan yang berselang-seling satu daun pada tiap buku. Daun terdiri
dari; (i) helaian daun yang terletak pada batang padi, berbentuk memanjang
seperti pita; (ii) pelepah daun yang membungkus ruas; (iii) telinga daun
(auriele); lidah daun (ligule). Daun
bendera mempunyai panjang daun terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar. Banyak daun dan
besar sudut yang dibentuk antara daun bendera dengan malai, tergantung kepada
varietas-varietas padi yang ditanam. Besar sudut bisa lebih atau kurang
dari 90 %, pelepah daun menyelubungi batang yang lebih panjang satu ruas,
pangkal pelepah mengembung dan membungkus erat buku batang dan daun dapat pula
bewarna lembayung, hal ini merupakan salah satu tanda sifat keturunan padi (AAK, 1992).
Anakan (tunas) mulai tumbuh setelah
tanaman padi memiliki 4 atau 5 helai daun dan tumbuh pada dasar batang. Tanaman
padi memiliki pola anakan berganda (anak-beranak). Dari batang utama akan
tumbuh anakan primer sampai anakan tersebut memiliki 6 daun dengan 4-5 akar.
Dari anakan primer selanjutnya tumbuh anakan sekunder yang kemudian
menghasilkan anakan tersier (Badan Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Barat,
2007).
2.
Bagian generatif
Malai merupakan sekumpulan bunga padi (spikelet) yang
timbul dari buku paling atas. Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu
utama dari malai, sedangkan butir-butir nya terdapat pada cabang-cabang pertama
maupun cabang-cabang kedua. Pada waktu berbunga, malai berdiri tegak kemudian
terkulai bila butir telah terisi dan menjadi buah. Panjang malai ditentukan oleh sifat baka
(keturunan) dari varietas dan keadaan keliling. Panjang malai beraneka ragam, pendek (20
cm), sedang (20-30 cm) dan panjang (lebih dari 30 cm) (Hirupbagja,
2009). Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer dan
cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel)
tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder.
Pada waktu padi hendak
berbunga, lodicula menjadi mengembang karena ia menghisap air dari bakal buah. Pengembangan ini
mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka. Hal ini memungkinkan benang sari yang
sedang memanjang, keluar dari bagian atas atau dari samping bunga yang terbuka
tadi. Terbukanya
bunga diikuti dengan pecahnya kandung serbuk, yang kemudian menumpahkan tepungsarinya. Sesudah tepung sari
ditumpahkan dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan berpindahnya
tepung sari ke kepala putik maka selesailah proses penyerbukan. Kemudian terjadi
pembuahan yang menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm adalah penting sebagai sumber
makanan cadangan bagi tanaman yang baru tumbuh (Samaullah dan Sasmita, 2008).
Gabah atau buah padi, sehari-hari kita sebut biji padi atau
butir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma
dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea
serta bagian-bagian lain membentuk sekam (kulit gabah). Dinding bakal buah terdiri dari tiga
bagian: bagian paling luar disebut epicarpium, bagian tengah disebut mesocarpium dan
bagian dalam disebut endocarpium. Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang
mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh embryo (lembaga) yang
terletak di bagian sentral yakni dibagian lemma (Hirupbagja, 2009)
Pada lembaga terdapat daun lembaga dan akar
lembaga. Endosperm umumnya terdiri dari zat tepung yang diliputi oleh selaput
protein. Endosperm juga mengandung zat gula, lemak, serta zat-zat anorganik (Badan Pengendali
BIMAS, 1973). Bulir padi mencapai berat maksimum 21 hari setelah pembuahan. Buah akan mengalami
matang penuh pada umur 30 hari setelah pembungaan, karena dibutuhkan 7 hari agar seluruh
butir terbuka (Samaullah dan Sasmita,
2008).
B. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tidak terlepas dari pengaruh faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini meliputi
iklim dan jenis tanah. Setiap tanaman menghendaki keadaan lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhannya. Pada kondisi lingkungan yang sesuai, tanaman padi dapat tumbuh dengan baik dan
berproduksi tinggi. Oleh karena itu, sebelum membudidayakan tanaman perlu diketahui terlebih
dahulu syarat-syarat ekologi tumbuhnya. Faktor lingkungan yang perlu diperhatikan
dalam pertumbuhan tanaman antara lain: iklim dan tanah (Hirupbagja,
2009).
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah
tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200
mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau
produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan
kurang intensif. Di antara sistem sawah, lahan
sawah berpengairan lebih produktif dari lahan sawah tadah hujan. Keragaman
produkstivitas dan produksi padi itu terjadi karena, baik secara langsung
maupun tidak, air mempengaruhi metabolisme karbon dan protein. Menurut Kramer,
(1969) dalam Badan Penelitian Tanaman
Pangan (BPTP) Jawa Barat, (2007), air bagi tanaman berfungsi sebagai: (i)
komponen utama sel-sel; (ii) pelarut bahan-bahan anorganik dan organik di dalam
tanah dan tubuh tanaman yang memerlukan; (iii) pereaksi dalam proses
fotosintesis dan hidrolitik; (iv) pemantap turgor sel-sel atau jaringan untuk
kelangsungan pembelahan dan pembesaran sel atau pertumbuhan jaringan; dan (v)
pemantap suhu tanah dan tanaman melalui evapotranspirasi.
Suhu mempunyai peranan
penting dalam pertumbuhan tanaman. Suhu yang panas merupakan kondisi yang
sesuai bagi tanaman padi. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230
C ke atas, sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya
hampir konstan sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh terhadap tanaman
padi yaitu kehampaan pada biji (AAK, 1992).
Di dataran rendah ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperatur 22-27 0C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 0C. Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman (AAK, 1992).
Tanaman padi dapat tumbuh
di berbagai jenis tanah, tetapi untuk padi yang ditanam di lahan rawa
memerlukan syarat-syarat tertentu, karena tidak semua jenis tanah dapat
dijadikan lahan rawa. Tekstur tanah rawa umumnya dicirikan oleh kandungan
fraksi liat dan debu yang tinggi, tetapi fraksi pasirnya sangat rendah dan pada
lapisan bawah terdapat parit yang berpotensi masam. Sifat kimia, kesuburan dan
biologi tanah tergolong sedang sampai
sangat rendah dengan tanah yang demikian diperlukan upaya perbaikan,
diantaranya pemupukan dan pemanfaatan sumber daya mikroba yang terdapat dalam
jaringan tanaman padi. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat
diperlukan pengolahan tanah yang khusus (Notohadiprawiro, 1979).
C.
Sistem Budidaya Padi Rawa
Rawa ialah suatu bagian
daratan yang sepanjang tahun biasanya jenuh air atau tergenang air. Di
Indonesia rawa digolongkan menjadi rawa pasang surut yaitu rawa yang taraf
kelengasannya dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut yang merambat ke
pedalaman lewat estuari (saluran pengalir alamiah yang berhubungan
langsung dengan laut, tempat mengalirnya air pasang dari laut ke darat dan air
surut dari darat ke laut). Rawa lebak yaitu bentuk rawa yang memenuhi
perbatasan rawa dalam musim penghujan, sedangkan dalam musim kemarau menjadi
kering atau menjadi tanah darat (Notohadiprawiro, 1979).
Kedalaman air di daerah
rawa pasang surut ini sangat dipengaruhi oleh pasangnya air dan curahan air
hujan, tanah-tanah yang berdekatan dengan sungai batas-batas kandungan airnya
sangat dipengaruhi oleh pasang surut kuat dan langsung. Daerah/tanah-tanah yang
langsung dipengaruhi, luasnya dapat meliputi 7 km dari sungai-sungai pembawa
air pasang. Batas-batas pasang maksimal dan minimal harian pada sungai dapat
berubah-ubah, namun yang biasa adalah diantara. Lahan rawa mempunyai reaksi
sangat asam sampai agak asam dengan selang antara 3,6-5,99. Pada pH yang rendah
tersebut unsur-unsur Fe, Mn, dan Al kelarutannya meningkat sebagai ion-ion logam
terhidrasi dalam larutan. Kandungan C-organik tanah tergolong sedang sampai
sangat tinggi, tingginya kandungan bahan organik mempengaruhi kandungan
nitrogen total (N-total) dan berpengaruh terhadap kandungan fosfor (P) tersedia
(Tan, 1982).
Pendayagunaan lahan rawa
sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah sejak lama melalui program
Pengolahan Lahan dan Tanaman Terpadu (PLTT), antara lain dengan teknologi
pengolahan tanah dan air berdasarkan tipologi lahan dan tipe luapan air,
varietas unggul adaptif sesuai referensi petani, pengelolaan bahan ameliorasi
dan pemupukan menurut status hara tanah dan tipologi lahan, pengendalian OPT,
dan pengelolaan panen dan pasca panen (Sutedjo dan Kartasepoetra, 1988).
Penyakit hawar daun
bakteri pertama kali ditemukan di Fukuoka Jepang pada tahun 1884. Pada awal
abad 20 penyakit ini telah diketahui tersebar luas hampir di seluruh Jepang kecuali
di pulau Hokkaido. Di Indonesia, penyakit ini mula-mula ditemukan oleh Reitsma
dan Schure pada tanaman muda di daerah Bogor dengan gejala layu. Penyakit ini
dinamai kresek dan patogennya dinamai Xanthomonas
kresek. Terbukti bahwa penyakit ini sama dengan penyakit hawar daun bakteri
yang terdapat di Jepang (Amir, 1988).
Penyakit hawar daun
bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat menginfeksi tanaman pada
berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu; (i) gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa
yang peka; (ii) gejala hawar; (iii) Gejala daun kuning pucat.
Menurut Amir (1988), pada
tanaman yang peka terhadap penyakit ini, gejala terus berkembang hingga seluruh
permukaan daun, bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai mengering. Pada pagi
hari atau cuaca lembab, eksudat bakteri sering keluar ke permukaan bercak
berupa cairan berwarna kuning menempel pada permukaan daun dan mudah jatuh oleh
hembusan angin, gesekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan
sumber penularan yang efektif.
III. METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan budidaya tanaman
padi (Oryza sativa) dengan uji
ketahanan galur/varietas pada padi rawa terhadap penyakit hawar daun bakteri
dilakukan di dalam Rumah Kaca selama dua setengah bulan mulai dari tanggal 1
April – 10 Juni 2011. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan
Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilakukan di Kebun Percobaan Muara Bogor Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB
Padi) di desa Pasir Jaya,
kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Barat,
Provinsi Jawa Barat. (Sejarah dan sturuktur organisasi Lampiran 1).
B. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam budidaya tanaman padi uji ketahanan galur-galur padi rawa
terhadap penyakit hawar daun bakteri adalah cawan petridis, gelas ukur, gunting
stek, pinset, isolator, lampu Bunsen, tabung reaksi, erlemeyer, corong kaca,
pot perkecambahan, pot ember, “autoclave”, inkubator, ruang steril,
kulkas, injector, mikroskop, jarum ose, kuas bulu pendek, korek api, alat pengaduk, kompor LPG, saringan, panci, alat
penghitung, ajir, kertas bewarna coklat, kertas label, amplop, spidol, dan mistar.
Bahan yang digunakan adalah galur padi untuk reaksi terhadap serangan penyakit
hawar daun bakteri, dan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit hawar
daun bakteri, kentang, agar, Natrium hydrogen phospat -12-, Calcium nitrat
-4-hydrat, bacto pepton, sukrosa, aquades, alkohol dan HgCl21 1%.
C. Pelaksanaan
Galur/varietas yang diuji di dalam rumah kaca untuk mendapatkan
varietas/galur yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri terdiri dari 4
varietas dan 2 galur murni. Penanaman dilakukan di dalam pot berdiameter 19 cm
dan tinggi 19 cm.
1. Pengadaan Benih
Benih yang digunakan adalah galur/varietas B13134-3-MR-1-KY-11,
TDK-1-Sub 1, IR42, 1R64, Ciherang, dan Inpara 5. Kebutuhan benih yaitu 10 gram/varietas.
2. Media tanam
Media tanam yang dipergunakan
harus cukup mengandung unsur hara tanah.
Tanah terlebih dahulu diolah yaitu dengan cara menghaluskan dan kemudian
diayak. Selanjutnya menyiapkan pot ember untuk penanaman galur-galur dan
varietas yang tahan. Kemudian tanah olahan dimasukkan kedalam pot ember
ditimbang untuk menentukan banyaknya pupuk yang diberikan menurut dosis yang
telah ditentukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, TSP, dan KCl. Dengan
dosis Urea 67 kg /ha, TSP 100 kg /ha, dan KCl 100 kg /ha
3.
Pembuatan Medium Potato Sourose Agar (PSA) Untuk Biakan Bakteri
a.
Pembuatan medium potato sourose agar (PSA)
Siapkan 300 gr kentang yang telah
dikupas, dicuci bersih, dan dipotong sebesar dadu, direbus dalam 1 liter
aquades hingga kentang empuk. Kemudian air rebusan kentang disaring, dicampur
dengan 25 gr agar, 2 gr Natrium hydrogen phospat -12- , 0,5 gr Calcium nitrat
-4-hydrat, 5 gr bacto pepton, 15 gr sukrosa, dan 1000 ml aquades. kemudian dimasak hingga mendidih aduk sampai
merata, ukur pH larutan berkisar antara 6,8 – 7. Selanjutnya siapkan tabung
reaksi kemudian dituangkan kedalam
tabung reaksi masing-masing sebanyak 10 cc, tutup dengan kapas sampai rapat,
sisa larutan dimasukkan kedalam tabung erlemeyer dengan menggunakan corong
kaca. Mulut erlemeyer ditutup dengan kertas aluminium foil serta dilapisi
dengan kertas dan diikat dengan karet gelang. Gelas erlemeyer dimasukkan
kedalam keranjang kawat dan di “autoclave” selama 30 menit dengan temperature
125o C. setelah 30 menit
“autoclave ” akan mati otomatis dan tutupnya dibuka setelah jarum “autoclave”
menunjukkan angka 0. PSA yang dingin (tidak sampai beku) dituangkan kedalam
cawan petri kurang lebih 5 ml didalam ruang steril dengan menggunakan injektor.
Gambar 2.
Pembuatan media (PSA)
Gambar 3. Media (PSA)
b.
Isolasi bakteri
Tuangkan larutan medium PSA ke dalam kotak isolasi sampai uapnya hilang,
tuangkan alkohol 70%, HgCl 1 % dan air destilasi ke dalam masing-masing
Petridis yang berukuran kecil untuk perendaman. Gunting daun tanaman sakit,
bagian daun yang terinfeksi, lalu rendam dalam air, kemudian dibiarkan beberapa
menit sampai airnya keruh. Ambil air dengan jarum ose, kemudian goreskan pada
media agar miring, simpan dalam inkubator, setelah itu biarkan 2-3 hari
kemudian lihat hasilnya.
4. Persemaian
Benih padi disemaikan pada media kering yang dilakukan di dalam rumah
kaca. Persemaian kering dibuat dengan cara menghaluskan tanah kemudian tanah
yang sudah dihaluskan dimasukkan kedalam bak perkecambahan setelah itu tanah disiram
dengan air yang sudah dicampurkan dengan pupuk Urea sebanyak 5 gr untuk 10/l
air sampai media persemaian dalam keadaan lembab. Benih padi ditebar di atas
media persemaian secara merata kemudian
ditutup 1 cm dengan tanah.
5.
Penanaman tanaman padi di rumah kaca
Bibit ditanam dalam pot plastik
berdiameter 16 cm dan tinggi 19 cm yang berisi tanah ayakan 25 kg. Tiap pot
ditanami 3 bibit padi dengan ketentuan 1 rumpun perlobang tanam dengan
galur-galur yang berbeda serta varietas yang berbeda, setiap 2-3 hari sekali
air dalam pot ditambah hingga tanaman selalu tergenangi dengan tinggi air di
dalam pot ± 5-10 cm.
6.
Pemeliharaan
a.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan agar tanaman padi dapat tumbuh dengan sempurna
sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Penyiangan dilakukan pada saat
tanaman berumur 21 hari setelah tanam dan 42 hari setelah tanam dengan mencabut
gulma yang tumbuh kemudian dibenamkan di antara rumpun padi sehingga dapat
menjadi sumber hara bagi tanah dan tanaman. Penyiangan dapat dilihat pada
Lampiran 3.
b.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pemupukan dasar
dilakukan dengan menaburkan pupuk Urea kedalam pot dengan dosis 67 kg Urea/ha,
100 kg TSP/ha, dan 100 kg KCl/ha, sedangkan pemupukan susulan kedua dilakukan
pada tanaman saat berumur 4 minggu setelah tanam dengan dosis 2 gr Urea, 2 gr
TSP, dan 2 gr KCl untuk setiap 25 kg tanah.
c.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit dikendalikan secara kimiawi yaitu menyemprotkan
insektisida yang dilakukan saat terlihat hama walang sangit di dalam rumah
kaca, (Lampiran 4).
d.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah di rumah kaca agar
tanaman tidak menjadi layu, (Lampiran 4).
7. Inokulasi
Inokulasi buatan terhadap penyakit
HDB dilakukan sebelum tanaman mengeluarkan malai saat stadia dewasa
yaitu pada umur 60 hari setelah tanam (Gambar 4). Dengan cara menggunting ujung
daun (Clipping method). Jumlah tanaman yang digunting 5 rumpun setiap
galur/varietas. Setelah itu tanaman padi yang telah diinokulasi ditempatkan
pada lantai yang lembab di dalam rumah kaca.
Gambar 4. Tanaman saat diinokulasi penyakit hawar daun
bakteri
8. Panen
dan pasca panen
Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah memenuhi syarat untuk dipanen.
Adapun syarat padi yang sudah bisa dipanen yaitu telah menguning di atas 90%
atau telah cukup umur dan tangkainya sudah menunduk. Untuk memastikan padi yang
sudah siap dipanen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila butirnya sudah
keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen. Padi dipanen dengan
menggunakan sabit dan batang disisakan 5-10 cm di atas permukaan tanah. Setelah
pemanenan, gabah harus segera dirontokkan dari malainya.
9. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada tanaman padi rawa adalah gejala serangan
penyakit hawar daun bakteri, pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil.
Parameter yang diamati adalah:
1.
Intensitas serangan penyakit hawar daun bakteri
Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati pengaruh serangan pathogen
hawar daun bakteri melalui lnokulasi pada tanaman dewasa. Pengamatan dilakukan
15 hari setelah selesai inokulasi pada
tanaman padi rawa, cara pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang penyakit,
panjang daun, dan luas daun. Kemudian tingkat gejala serangan penyakit HDB di
cari, dengan menggunakan rumus:
I
= Luas Serangan Penyakit
Ketetapan
luas daun = 0,7
Untuk menentukan tingkat ketahanan galur/varietas terhadap serangan
penyakit HDB dilihat kriteria berdasarkan persentase serangan HDB (Tabel 2).
Tabel 2: Kriteria penyakit
Skala
|
Luas serangan
|
Tingkat
ketahanan galur/varietas
|
1
|
0 - 3%
|
Tahan
|
2
|
4 - 6%
|
Tahan
|
3
|
7 - 12%
|
Agak tahan
|
4
|
13 - 25%
|
Agak tahan
|
5
|
26 - 50%
|
Agak rentan
|
6
|
51 - 75%
|
Agak rentan
|
7
|
76 - 87%
|
Rentan
|
8
|
88 - 94%
|
Rentan
|
9
|
95 - 100%
|
Sangat rentan
|
2.
Tinggi tanaman
Tinggi
tanaman diamati pada umur 56 HST dari 3 rumpun sampel tanaman.
3.
Jumlah anakan
Jumlah
anakan tanaman diamati pada umur 56 HST dari 3 rumpun sampel tanaman.
4.
Jumlah malai/rumpun
Diamati
saat tanaman berumur 56 HST dengan cara menghitung rata-rata jumlah malai yang
muncul dalam satu rumpun padi dari 3 rumpun sampel tanaman.
5.
Rata-rata jumlah gabah bernas/malai diamati dengan menghitung jumlah gabah pada setiap
malai tanaman sampel.
5
Berat 1000 butir diamati dengan menimbang 1000 butir gabah bernas.
6
Produksi per hektar berdasarkan komponen hasil yang diamati dengan rumus
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan
Hasil pengamatan vegetatif tanaman (Tinggi tanaman dan jumlah anakan)
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 : Rata-rata
tinggi tanaman dan jumlah anakan padi
rawa pada umur 56 hari setelah tanam.
Perlakuan galur/varietas
|
Tinggi tanaman (cm)
|
Jumlah anakan
|
B13134-3-MR-1-KY-11
|
85
|
11
|
TDK-1-Sub 1
|
84
|
10
|
IR42
|
79
|
8
|
1R64
|
83
|
9
|
Ciherang
|
79
|
7
|
Inpara 5
|
84
|
6
|
Tinggi dan jumlah anakan masing-masing galur/varietas berbeda (Tabel 3).
Dimana galur yang paling tinggi dan jumlah anakan yang paling banyak adalah
galur B13134-3-MR-1-KY-11, sedangkan
yang terendah pada varietas
Ciherang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram gambar 5 dan 6.
Gambar 5 : Histogram rata-rata tinggi tanaman padi rawa
umur 56 hari setelah tanam.
Gambar 6 : Histogram rata-rata jumlah anakan padi
rawa umur 56 hari setelah tanam.
2. Produksi komponen dan Produksi
Pengamatan hasil panen padi rawa (jumlah malai/rumpun,
jumlah gabah bernas/malai, berat 1000 butir, produksi ton/ha). Dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 :
Pengamatan Produksi komponen dan produksi tanaman padi rawa.
Galur/ varietas
|
Jumlah malai/
rumpun
|
Jumlah gabah/malai
|
Jumlah gabah
bernas/Malai (%)
|
Jumlah gabah hampa/
malai (%)
|
Berat 1000 butir
(gram)
|
Produksi pot/
(gram)
|
Produksi ton/ha
|
B13134-3-MR-1-KY-11
|
11
|
113
|
84
|
15,9
|
30
|
31,3
|
7,8
|
TDK-1-Sub 1
|
10
|
115
|
80
|
20
|
29
|
26,6
|
6,6
|
IR42
|
8
|
143
|
77,6
|
22,3
|
21
|
18,6
|
4,6
|
1R64
|
9
|
140
|
80,7
|
19,2
|
22
|
22,3
|
5,5
|
Ciherang
|
7
|
161
|
76,3
|
23,6
|
26
|
22,3
|
5,5
|
Inpara 5
|
6
|
147
|
77,5
|
22,4
|
23
|
15,7
|
3,9
|
Pada Tabel 4 terlihat bahwa hasil produksi dari galur lebih tinggi
dibanding dengan varietas yaitu jumlah gabah bernas/malai pada galur
B13134-3-MR-1-KY-11 adalah 95 dengan hasil produksi 7,8 ton/ha, dan jumlah
gabah bernas/malai TDK-1-Sub 1 adalah 92 dengan hasil produksi 6,6 ton/ha,
sedangkan jumlah gabah bernas/malai pada varietas IR42 adalah 111, dengan hasil
produksi 4,6 ton/ha, varietas 1R64 113 dengan hasil produksi 5,5 ton/ha,
varietas Ciherang 123 hasil produksi 5,5 ton/ha, dan Inpara 5 114 dengan hasil
produksi 3,9 ton/ha.
3. Tingkat serangan penyakit
Hasil
pengamatan terhadap tingkat serangan penyakit dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 : Reaksi
ketahanan 6 galur/varietas terhadap bakteri Xanthomonas
campestris pv oryzae.
Perlakuan
Galur/Varietas
|
Tingkat (%)
serangan penyakit
|
Kriteria penyakit
|
B13134-3-MR-1-KY-11
|
18.23
|
AT
|
TDK 1-Sub 1
|
24.75
|
AT
|
IR42
|
33.61
|
AR
|
IR64
|
40.7
|
AR
|
CIHERANG
|
54.07
|
AR
|
INPARA 5
|
42.71
|
AR
|
B. PEMBAHASAN
Tinggi tanaman yang diperoleh pada percobaan lebih rendah jika
dibandingkan dengan deskripsi. Terjadinya perbedaan ini diduga disebabkan
pengamatan dilakukan selama kegiatan PKPM bertepatan dengan musim panas dengan
intensitas radiasi yang tinggi. Kondisi iklim berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman. Saat musim panas, umur tanaman lebih pendek, jumlah anakan lebih banyak
dan tinggi tanaman berkurang. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di
dalam rumah kaca tinggi tanaman antara galur/varietas berbeda-beda karena
tingkat pertumbuhan dan ketahanan terhadap serangan penyakit juga dapat
mengurangi pertumbuhan tinggi tanaman.
Hasil pengamatan jumlah anakan tanaman padi rawa pada galur lebih banyak
bila dibandingkan dengan varietas. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan reaksi
ketahanan terhadap penyakit HDB serta lingkungan pertumbuhan yang dapat
mengurangi jumlah anakan yang di dapatkan.
Dalam melakukan budidaya padi rawa dengan berbagai uji ketahanan
galur/varietas di dalam rumah kaca tinggi tanaman dan jumlah anakannya dapat
berkurang karena penanaman dilakukan dalam pot pada kondisi rawa (tergenang
terus-menerus) hal ini dapat menyebabkan ruang tumbuh, sistem perakaran,
terutama pembentukan jumlah anakan terhambat sehingga dapat mengurangi jumlah
anakan.
Cahaya merupakan salah
satu faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, pada umumnya
laju pertumbuhan tanaman akan meningkat dengan makin tinggi intensitas cahaya
yang diterima oleh tanaman, efesiensi tersebut dipengaruhi antara lain oleh;
(i) bentuk tajuk dan daun yang erat kaitannya dengan varietas tanaman; (ii)
indeks luas daun, kandungan klorofil dan air daun; (iii) suhu udara status air
dan hara tanaman. Bagi tumbuhan yang berklorofil cahaya matahari sangat
menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan
untuk menghasilkan makanan, yang akan menentukan ketersediaan energi untuk
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Menurut Tjasyono HK. B, (2004), radiasi
matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang mempunyai
hijau daun, karena tinggi tanaman dipengaruhi oleh tersedianya sinar matahari. Peningkatan
cahaya matahari dapat meningkatkan laju fotosintesis selain itu dapat
mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya penurunan intensitas radiasi
matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman.
Pengaruh air pada jumlah
anakan padi rawa adalah jika air selalu dalam keadaan tergenang maka jumlah
anakan padi rawa akan berkurang karena kandungan unsur yang larut di dalam
yaitu unsur mikro (Mn) yang dapat mengikat akar tanaman sehingga tidak dapat
menyerap yang dapat mengurangi terjadinya pembentukan pada jumlah anakan (Tan,
1982).
Dari pengamatan produksi tanaman padi rawa di ketahui bahwa 2 jenis galur
yang diuji (B13134-3-MR-1-KY-11, TDK 1-Sub 1)
lebih tinggi produksinya dari 4 varietas yang diuji (IR42,
IR64, Ciherang, Inpara 5). Hal ini diduga disebabkan pengaruh dari pertumbuhan
vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan) galur lebih bagus dari pada
varietas.
Pertumbuhan vegetatif dapat mempengaruhi hasil
produksi pada tanaman padi, dengan adanya pertumbuhan tinggi tanaman yang
normal, besarnya jumlah rumpun dan banyaknya jumlah anakan maka produksi yang
didapatkan akan lebih tinggi, jika pertumbuhan tanaman di bawah normal produksi
padi rawa akan rendah (Semangun, 2004).
Tingginya produksi pada galur yang diuji juga
disebabkan oleh reaksi ketahanan galur terhadap serangan penyakit HDB, dengan
kriteria (agak tahan) jika dibandingkan dengan varietas yang diuji (agak
rentan). Dari hasil pengamatan tingkat serangan penyakit pada galur 18,23 –
24,75 % sedangkan pada varietas 33,61 -54,07 %.
Rendahnya produksi pada varietas yang diuji
disebabkan daun yang terinfeksi penyakit lebih tinggi sehingga banyak daun yang
tidak dapat berfotosintesa secara optimum sehingga hasil produksi berkurang. Kerugian
hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum
panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi
turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat
terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan
gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati (Amir, 1988).
Serangan penyakit hawar
daun bakteri dapat menurunkan produksi padi rawa. Hasil padi rata-rata 3,3
ton/ha, padahal hasil padi yang biasa dicapai 5,6 ton/ha. Senjang hasil
tersebut disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6%
(Oerke et al, 1994). Di Indonesia potensi hasil varietas padi yang
dilepas berkisar 5-9 ton/ha (Suprihanto dkk,2006), sementara hasil nasional
baru mencapai rata-rata 4,32 ton/ha (BPS, 2001).
Galur mempunyai reaksi yang agak tahan terhadap
penyakit HDB, sedangkan varietas mempunyai reaksi agak rentan (Tabel 5). Dalam
usaha menciptakan varietas yang tahan diperlukan banyak keterangan tentang
susunan genetik yang mengendalikan sifat tahan tersebut, dan bagaimana sifat
tahan tersebut dapat diwariskan kepada keturunanya, disamping itu perlu
diketahui interaksi dari masing-masing strain Xanthomonas campestris pv oryzae dengan tanaman padi sebagai inang
utamanya, hal ini dapat dipengaruhi kondisi fisiologi tanaman tersebut maupun
sifat-sifat fisiologis isolat bakteri Xanthomonas
campestris pv oryzae.
Ketahanan terhadap HDB dapat disebabkan oleh
satu gen yang dominan (Nishimura dalam ogawa, 1998). Watanabe (1997) melaporkan bahwa ketahanan
moderat dari beberapa varietas padi dikendalikan oleh poligen, disamping itu
juga tanaman menjadi tahan oleh karena tanaman tersebut menghasilkan fitoaleksin
sebagai interaksi inang parasit yang fungsinya menghambat perkembangan bakteri.
Fitoaleksin ini diproduksi dari mekanisme ketahanan penyakit secara alami pada
tanaman. varietas padi dapat disebabkan oleh tingginya kandungan asam amino dan
rendahnya kandungan polypherol dan gula reduksi.
Salah satu kondisi fisiologi tanaman yang
berpengaruh ialah adanya pori-pori tempat keluar masuknya air pada hidatoda
yang terdapat di permukaan daun sampai pinggiran daun. Pada tanaman muda
pori-pori dan hidatoda pada permukaan daun, belum terbentuk dengan sempurna
sehingga serangan bakteri masih dapat ditahan. Hal ini dapat disesuaikan dengan
apa yang dinyatakan Ou (1985) bahwa bakteri
akan masuk melalui pori-pori dan berkembang dalam jaringan epitema, lalu
menyerang sistem pembuluh dan meninggalkan endapan bakteri di luar, sehingga
menutupi pori-pori daun. Jumlah hidatoda berbeda-beda pada setiap varietas
tergantung dari umur daun dan permukaan daun, tetapi pada varietas yang rentan
sering banyak ditemukan, disamping itu sifat-sifat fisiologis isolat-isolat
bakteri dari Xanthomonas campestris pv
oryzae juga dapat di pertimbangkan misalnya ada kandungan gelatin.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil Laporan Tugas Ahir (LTA) uji ketahan galur/varietas pada padi
rawa terhadap penyakit hawar daun bakteri di Kebun Percobaan Muara Bogor, Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa :
1.
Respon galur B13134-3-MR-1-KY-11,
dan TDK 1-Sub 1 mempunyai reaksi yang agak tahan terhadap penyakit hawar daun
bakteri (HDB). Sedangkan varietas yang diuji mempunyai reaksi yang agak rentan.
2.
Galur yang diuji mempunyai
pertumbuhan vegetatif dan produksi yang tinggi dibanding varietas yang diuji.
3.
Galur B13134-3-MR-1-KY-11,
dan TDK 1-Sub 1 merupakan galur yang agak tahan terhadap penyakit hawar daun
bakteri (HDB) dan mempunyai produksi yang lebih tinggi yaitu 7,8 ton/ha lebih
tinggi dari produksi nasional rata-rata 4,32 ton/ha.
B. Saran
Berdasarkan produksi yang dihasilkan dapat disarankan kepada petani
penggunaan galur/varietas yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB)
merupakan usaha yang baik untuk membatasi serangan pathogen, dan dengan
menggunakan galur/varietas yang tahan terhadap serangan penyakit hawar daun
bakteri dapat mencapai produksi hasil yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, agus. 2010. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya.
Jakarta.Cet 8.
Aak. 1992.
Budidaya Tanaman Padi. Yayasan Kanisus, Yogyakarta. h. 15-37.
Amir, M. 1988. Penyakit Cendawan
Pada Padi Serta Usaha Pengendaliannya. Dalam: Pertemuan Penyempurnaan Buku
Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu. Direktorat perlindungan tanaman pangan,
Jakarta. h. 2.
Anwar K. dan Partohardjono. 1986. Respon
Varietas Galur Harapan Padi Sawah Terhadap Pemupukan Nitrogen. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Anty, K. dan
Yulensri. 2003. Buku Ajar Teknologi Produksi Tanaman Serealia. Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh.
Badan Pusat Statistik, 2009. Sebaran Wilayah Produksi padi di
Indonesia.
http://www.bappenas.go.id/node/138/342/sebaran-wilayah-produksi-padi-di-indonesia/
.25 mei 2011.
Badan Litbang, BPTP Jawa Barat. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Padi Sawah Irigasi. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Hal 15.
BPS. 2001. Statistik Indonesia 2001. Jakarta.
Bayhaqi.2011.Pekan Padi Rawa Nasional.http:// Bayhaqi2011. Wordpress .com /2011
/05/23/pekan-padi-rawa-nasional/#responden Diakses 15 Mei 2011.
Deradjat, A.A., Suwarno, B. Abdullah, Tj. Soewito, B.P. Ismail dan Simanullang.
2001. Status Penelitian Pemuliaan Padi
untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan Masa Depan. Balai Penelitian Tanaman Padi,
Sukamandi.
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman 2001.
Evaluasi Kerusakan Tanaman karena Organisme Penggangu Tahun 1995-1999. Jakarta
Departemen Pertanian, Satuan Pengendali Bimas. 1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija,
Sayur-sayuran. Departemen Pertanian, Jakarta.
Hirupbagja. 2009. Budidaya Tanaman/Morfologi Tanaman Padi. html.
Blogspot.Com.
Hartini, R.H. 1986. Kelompok baru Bakteri Xanthomonas campestris pv
oryzae pada varietaas padi. Penelitian pertanian 6(2):74-76
Kadir, S.T. Agus.G dan A.Ruskandar. 2007.
Budidaya Padi Hemat Air Metode SRI dan PTT Dala Rangka Peningkatan
produktivitas. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.
Marizal, Surya. 1995. Peranan Sinar Matahari Terhadap Proses
Fotosintesis Tanaman Padi. Politeknik Pertanian Unand. Payakumbuh.
Notohadiprawiro,
Tejoyuwono. 1979. Tanah Estuarin
(Watak, Sifat, Kelakuan, Dan
Kesuburannya). Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Ogawa, 1998. Bacterial
leaf blight in Sciance og the rice plan,
National Agriculture Research Center, Japan
Oerke, E.C.et al. 1994. Crop production and Crop
Protection. Estimated Losses in Major Food and Cash Crops. In global Yield Loss. Economic Impac.
Crop Protection Compendium. CAB. 2001
edition.
Ou,S. H. 1985. Rice Disiase. Second Edition. Common Wealth Mycological
Institute. Kew, Surrey, England. P. 109-201.
Rismundar. 1986.
Penyakit Tanaman Pangan dan Pembasmiannya Edisi Dua. Sinar Baru, Bandung. h.
43.
Samaullah. Y, Sasmita. P. 2008. Pelatihan Tot Sl-Ptt Padi Nasional. Balai
Besar Penelitian Tanaman Pangan. Sukamandi.
Suprihatno B, dkk. 2006.
Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi. 78 p.
Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 1988. Budidaya Tanaman Padi di Lahan Rawa Pasang
Surut. Bina Aksara. Jakarta.
Suparyono dan sudir. 1993. Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri
pada Berbagai Stadia Tumbuh Tanaman dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Padi. Media
Penelitian Sukamandi.
Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman
Pangan Penting di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tjasyono, HK Bayong. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung. Edisi ke-2. Hal
188.
Tan, K, H. 1982.
Principles Of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York and Basel.
Lampiran 1.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Kebun percobaan muara merupakan unit
penelitian di bawah BB Padi yang berada di Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Kebun
percobaan muara terletak di
desa Pasir Jaya, kecamatan
Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Didirikan sejak
zaman Belanda tahun 1920. Luas lahan areal 40 ha, luas untuk penelitian/percobaan
yang ditanami 29 ha, dan selebihnya bagunan, perkarangan dan jalan. Jenis tanah
dikebun percobaan ini adalah regosol dan latosol dengan ketinggian tempat
adalah 260 dpl. Status kebun percobaan ini sampai sekarang masih tempat
penelitian.
Kebun percobaan muara berada di bawah BB Padi
Sukamandi yang merupakan unit atau penelitian tanaman serealea diseluruh
Indonesia. Kemudian berdasar SK Mentan No. 796/Kpts/OT.210/12/94 Balittan
Sukamandi berubah tugas dan fungsi menjadi institusi penelitian yang khusus
menangani komoditas padi dan bernama BALITPA, pada 1994. BALITPA mengembang
tugas utama melakukan penelitian untuk menghasilkan ilmu dan teknologi padi
yang mampu meningkatkan produksi dan ketersediaan padi sebagai makanan pokok
masyarakat Indonesia. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
12/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 organisasi dan tata kerja
BALITPA berubah menjadi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) sampai
sekarang.
Misi dan tujuan didirikannya kebun percobaan muara bogor ini adalah untuk
melaksanakan penelitian tanaman padi yang hasil penelitian menghasilkan
varietas-varietas unggul baru untuk disebar keseluruh Indonesia.
Struktur
Organisasi KP Muara
Lampiran 2.
Gambar 5. Persiapan bibit untuk penanaman
galur/varietas di rumah kaca
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Gambar 6. Pemeliharaan tanaman pada padi rawa
(pencabutan gulma)
Lampiran 4.
Gambar 7. Pemeliharaan pada tanaman padi rawa
penyiraman dan penyemprotan pestisida
Lampiran 5.
Gambar 8.
Pengamatan tinggi tanaman
Lampiran 6.
Gambar 9. Pengamatan
penyakit pada tanaman padi rawa yang sudah diinokulasi
Lampiran 7.
Gambar 10. Tanaman
padi rawa di dalam rumah kaca
Lampiran 8.
Deskripsi Varietas Padi IR42
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
IR2071-586-5-6-3-4
IR2042/CR94-13
Cere
135 – 145 hari
Tegak
90 – 105 cm
20 – 25 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau tua
Kasar
Tegak
Tegak
Ramping
Kuning bersih, ujung gabah
sewarna
Sedang
Tahan
Pera
27%
58
23 g
5,0 t/ha
7,0 t/ha
|
Ketahanan terhadap
|
Hama
|
:
|
Tahan wereng coklat biotipe 1
dan 2 Rentan wereng coklat biotipe 3
|
Penyakit
|
:
|
Tahan terhadap hawar daun
bakteri, virus tungro dan kerdil rumput Rentan terhadap hawar pelepah daun
Toleran terhadap tanah masam
|
Anjuran tanam
|
:
|
Baik ditanam di lahan sawah
irigasi, pasang surut dan rawa
|
Pemulia
|
:
|
Introduksi dari IRRI
|
Dilepas tahun
|
:
|
1980
|
Lampiran 9.
Deskripsi Varietas
Padi IR64
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
IR18348-36-3-3
IR5657/IR2061
Cere
110 – 120 hari
Tegak
115 – 126 cm
20 – 35 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau
Kasar
Tegak
Tegak
Ramping, panjang
Kuning bersih
Tahan
Tahan
Pulen
23%
70
24,1 g
5,0 t/ha
6,0 t/ha
|
Ketahanan terhadap
|
Hama
|
:
|
Tahan wereng coklat biotipe
1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3
|
Penyakit
|
:
|
Agak tahan hawar daun bakteri
strain IV Tahan virus kerdil rumput
|
Anjuran tanam
|
:
|
Baik ditanam di lahan sawah
irigasi dataran rendah sampai sedang
|
Pemulia
|
:
|
Introduksi dari IRRI
|
Dilepas tahun
|
:
|
1986
|
Lampiran 10.
Deskripsi
Varietas Padi Ciherang
|
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
S3383-1D-PN-41-3-1
IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
Cere
116 – 125 hari
Tegak
107 – 115 cm
14 – 17 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau
Kasar pada sebelah bawah
Tegak
Tegak
Panjang ramping
Kuning bersih
Sedang
Sedang
Pulen
23%
54,9
28 g
6,0 t/ha
8,5 t/ha
|
Ketahanan terhadap
|
Hama
|
:
|
Tahan terhadap wereng coklat
biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3
|
Penyakit
|
:
|
Tahan terhadap hawar daun
bakteri strain III dan IV
|
Anjuran tanam
|
:
|
Baik ditanam di lahan sawah
irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl.
|
Pemulia
|
:
|
Tarjat T, Z. A. Simanullang,
E. Sumadi dan Aan A. Daradjat
|
Alasan utama dilepas
|
:
|
Lebih tahan HDB dibanding
IR64, produktivitas tinggi, mutu dan rasa nasi setara IR64, indeks glikemik
rendah
|
Dilepas tahun
|
:
|
2000
|
Lampiran 11.
Deskripsi Varietas Padi Inpara 5
Nomor seleksi
|
:
|
IR07F101
|
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Leher malai
Bentuk gabah
Warna gabah
Jumlah gabah per malai
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Berat 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Introduksi dari IRRI
Cere
115 hari
Tegak
92 cm
18 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Hijau
Kasar
Tegak
Sedang
Ramping
Kuning
102 butir
Sedang
Sedang
Sedang
25 %
25 g
4,45 t/ha
7,2 t/ha
|
Ketahanan terhadap
|
Hama
|
:
|
Agak tahan WCK Biotipe 3
|
Penyakit
|
:
|
Tahan terhadap HDB strain IV
dan VIII
|
Cekaman
|
:
|
Toleran terendam selama 14
hari pada fase vegetatif
|
Anjuran tanam
|
:
|
Baik ditanam di daerah rawa
lebak dangkal dan sawah rawan banjir
|
Pemulia
|
:
|
D.J. Mackill, A.M. Pamplona
(IRRI), Aris Hairmansis, Bambang Kustianto, Supartopo, dan Suwarno
|
Peneliti
|
:
|
R. Maghirang, A. M. Ismail,
S. Heuer B.C.Y. Collard, E.M. Septiningsih, G. Vergara, D. Sanchez, C.N.
Neeraja (IRRI), Hamdan Pane, Made Oka Adnyana, Karim Makarim, Hasil
Sembiring, Nafisah, Widyantoro
|
Teknisi
|
:
|
Sail Hanafi, M. Syarif,
Basarudin N., Maulana, Panca Hadi Siwi, Erna Herlina, dan Oma.
|
Pengusul
Alasan utama dilepas Dilepas
tahun
|
:
:
:
|
Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi
Hasil tinggi dan toleran
rendaman
2009
|